ARTICLE AD BOX
Jakarta, librosfullgratis.com - Delegasi Amerika Serikat (AS) dan Rusia telah menyelesaikan obrolan kedua antara negara itu mengenai Ukraina di Riyadh, Arab Saudi, Senin (24/3/2025). Keduanya terus mempersempit sejumlah perihal mengenai dengan gencatan senjata dalam peperangan antara Moskow dan Kyiv.
Seorang sumber mengatakan pihak AS dipimpin oleh Andrew Peek, seorang kepala senior di Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, dan Michael Anton, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri. Rusia diwakili oleh Grigory Karasin, seorang mantan diplomat nan sekarang menjadi ketua Komite Urusan Luar Negeri majelis tinggi Rusia.
Pembicaraan keduanya di tahap ini difokuskan di antara isu-isu lain pada upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata maritim di wilayah Laut Hitam untuk menciptakan suasana ekspor biji-bijian nan aman. Sebuah sumber Gedung Putih mengatakan 'pengumuman positif' diharapkan terjadi 'dalam waktu dekat'.
Seorang sumber Rusia juga mengatakan kepada Reuters bahwa pembicaraan telah berhujung pada Senin malam dan rancangan pernyataan berbareng telah dikirim ke Moskow dan Washington untuk disetujui. Rencananya, para pihak bermaksud untuk merilisnya pada Selasa.
"Ini terutama tentang keselamatan navigasi. Perjanjian sebelumnya nan didukung PBB tentang pengiriman Laut Hitam telah kandas memenuhi beberapa tuntutan Moskow," kata Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyebut isu-isu lain nan menurutnya sedang dibahas. Isu-isu tersebut diharapkan Washington bakal membantu membuka jalan bagi negosiasi perdamaian nan lebih luas.
"Kita sedang berbincang tentang wilayah sekarang. Kita berbincang tentang garis demarkasi, berbincang tentang listrik, kepemilikan pembangkit listrik," ujar Trump.
Pekan lalu, Rusia menolak usulan Trump untuk gencatan senjata penuh selama 30 hari di Ukraina. Negara ketua Presiden Vladimir Putin itu sejauh ini hanya menyetujui moratorium serangan terhadap prasarana energi.
Putin Masih Emosi
Saat pembicaraan hari Senin diadakan di Riyadh, rudal Rusia menghantam kota Sumy di Timur Laut Ukraina. Beberapa blok perumahan bertingkat tinggi rusak berbareng dengan sebuah sekolah dan rumah sakit.
"Anak-anak sekolah itu berada di tempat penampungan saat itu, untuk menghindari korban nan lebih parah," kata Gubernur wilayah Sumy, Volodymyr Artiukh.
"Moskow berbincang tentang perdamaian sembari melakukan serangan sadis di wilayah pemukiman padat masyarakat di kota-kota besar Ukraina," kata menteri luar negeri Ukraina Andrii Sybiha.
"Daripada membikin pernyataan kosong tentang perdamaian, Rusia kudu berakhir mengebom kota-kota kita dan mengakhiri perangnya terhadap penduduk sipil."
Perang besar antara Rusia dan Ukraina pecah sejak 24 Februari 2024 lampau saat Moskow melancarkan serangan skala besar terhadap Ukraina Timur alias Donbass pada 24 Februari 2024.
Presiden Rusia Putin menyebut pihaknya berupaya merebut wilayah itu dengan argumen diskriminasi rezim Kyiv terhadap wilayah itu, nan kebanyakan dihuni etnis Rusia, serta niatan Ukraina untuk berasosiasi berbareng aliansi pertahanan Barat, NATO.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Trump-Putin Dituduh Bersekongkol Setop Bantuan ke Ukraina
Next Article Geger Benda Misterius Bayang-bayangi Udara NATO, Punya Rusia?