ARTICLE AD BOX
CHIEF of Technology Transformation Office (TTO) Kementerian Kesehatan Setiaji mengatakan agar masyarakat tetap bijak menyerap info kesehatan nan disajikan oleh Artificial Intelligence (AI). Tren penggunaan AI seperti Chat GPT dan chatbot AI semakin meningkat, salah satunya untuk mencari info kesehatan
Fenomena ini menunjukkan kemudahan masyarakat dalam mengakses segala info lantaran AI memberikan jawaban sigap terhadap beragam pertanyaan umum mengenai kesehatan. Teknologi AI memungkinkan masyarakat memperoleh wawasan awal mengenai indikasi alias kondisi nan mungkin sedang mereka alami. Hal ini menjadi nilai positif lantaran dapat meningkatkan kesadaran dan memotivasi masyarakat untuk lebih proaktif menjaga kesehatan mereka.
"Saat menggunakan Chat GPT atau chatbot berbasis AI serupa lainnya untuk kesehatan, krusial bagi masyarakat untuk memperlakukan info nan dihasilkan sebagai titik awal pencarian dan tidak sebagai dasar untuk tindakan pengobatan alias menganggapnya sebagai sebuah pemeriksaan medis," kata Setiaji, Rabu (1/1).
“Teknologi AI menawarkan keahlian untuk memberikan respons cepat dan wawasan nan berfaedah berasas info nan telah diprogram di dalamnya. Namun, setiap info nan diperoleh kudu melalui proses pengesahan lebih lanjut oleh master alias tenaga kesehatan profesional," tambahnya.
Menurut Setiaji, meskipun AI dapat memberikan jawaban nan terlihat meyakinkan, teknologi tersebut tidak bisa mempertimbangkan kompleksitas aspek nan memengaruhi kondisi kesehatan individu.
“Masyarakat juga kudu waspada dan kritis terhadap kesalahan alias ketidakcocokan info nan disajikan oleh AI. Tidak semua jawaban nan dihasilkan oleh chatbot berbasis AI jeli alias relevan untuk setiap situasi klinis," ujar dia.
Sehingga ditekankan pentingnya untuk tidak terlalu berjuntai pada jawaban nan diberikan oleh AI tanpa melakukan verifikasi lebih lanjut. (H-2)