ARTICLE AD BOX

PETENIS Amerika Serikat (AS) Coco Gauff menegaskan pikirannya lebih santuy dan tenang ketika memburu gelar Grand Slam keduanya di Australia Terbuka.
Tidak terkalahkan di awal musim, tanpa kehilangan satu set pun dalam upaya tim AS memenangi United Cup, awal bulan ini, Gauff membukukan catatan menang kalah 18-2 sejak akhir AS Terbuka, nan mencakup kemenangan WTA 1000 keduanya di Beijing dan gelar akhir tahun pertamanya di WTA Finals di Riyadh.
Gauff menunjukkan performa apik dengan mengalahkan petenis papan atas bumi dalam rentang tersebut, meraih lima kemenangan Top 10 -- termasuk kemenangan atas Aryna Sabalenka dan Iga Swiatek di Arab Saudi dan satu lagi atas Swiatek di United Cup.
Hasil seperti itu dapat menimbulkan tekanan bagi seorang petenis, namun tidak demikian dengan Gauff.
Petenis ranking tiga bumi itu mengatakan merasakan perihal nan sebaliknya. Ia menyebut pola pikirnya itu 'santai dan tenang.'
"Menurut saya, saya merasa seperti tahu bahwa saya telah bermain dengan baik, tetapi Anda tidak dapat bermain dengan baik sepanjang waktu," kata Gauff menjelang pertandingan pembukanya di AustraliaTerbuka, Senin (13/1).
"Saya tahu bakal ada beberapa momen susah di turnamen ini. Semoga saya dapat melewatinya."
"Namun, saya hanya berpikir untuk masuk, masuk tanpa tekanan, mencoba untuk tetap berada di momen tersebut dan menikmatinya sebanyak mungkin."
"Itulah nan telah saya lakukan dalam beberapa turnamen terakhir. Hasilnya jelas bagus lantaran pola pikir itu. Namun, saya berupaya belajar untuk melakukannya meskipun hasilnya tidak begitu bagus," lanjut petenis berumur 20 tahun itu
Pola pikir tersebut bertolak belakang dari apa nan dirasakan Gauff saat memasuki turnamen Grand Slam terakhir tahun lalu, saat dia berstatus juara memperkuat dan disingkirkan di babak keempat oleh Emma Navarro setelah mencatatkan 60 kesalahan sendiri dan 19 kesalahan ganda.
Penampilan itu diakui Gauff mengajarkan banyak hal, mendorongnya melalui akhir musim dan latihan pramusim dengan tim pelatihnya.
"Saya pikir saya baru menyadari pentingnya menang alias kalah dalam pertandingan. Sebagai atlet, kita terjebak dan kalah terasa seperti kiamat, dan menang terasa seperti sesuatu nan kudu kita lakukan bukan sesuatu nan kudu kita syukuri. Tidak ada nan membikin kita merasa seperti itu selain diri kita sendiri," jelas Gauff.
"Saya pikir saya baru menyadari bahwa itu tidak pernah sepenting itu. Jika saya bisa keluar dari lapangan dan berbicara bahwa saya sudah berupaya sebaik mungkin, itu saja nan bisa saya minta."
"Saya rasa setiap kali saya masuk ke lapangan, saya hanya berbicara pada diri sendiri untuk berupaya sebaik mungkin. Jika saya kandas melakukan pukulan, sebagian besar pertandingan bakal ditentukan oleh beberapa poin. Saya rasa saya menyadari terkadang pertandingan bakal melangkah sesuai kemauan saya dan terkadang tidak," tambahnya.
Menjadi semifinalis di Melbourne tahun lampau sebelum kalah dari Sabalenka, Gauff bisa saja menghadapi petenis nomor satu bumi itu lagi di babak nan sama pekan depan. (Ant/Z-1)