Erdogan Salahkan Oposisi Atas Gelombang Protes Di Turki Yang Memanas

Sedang Trending 4 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX
Erdogan Salahkan Oposisi atas Gelombang Protes di Turki nan Memanas Pembubaran demonstrasi di Istambul(Media Sosial X)

PRESIDEN Turki, Recep Tayyip Erdogan, menuduh partai-partai oposisi memicu "gerakan kekerasan" di tengah gelombang protes nan telah berjalan selama enam malam berturut-turut di negara itu.

Kerusuhan dimulai di Istanbul pada Rabu lampau setelah wali kota kota tersebut, Ekrem Imamoglu, rival utama Erdogan dalam pemilihan presiden, ditahan atas tuduhan korupsi.

Ribuan orang kembali turun ke jalan pada Senin malam. Ketegangan meningkat pada Minggu malam ketika polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah demonstran.

Imamoglu, nan juga telah diskors dari jabatannya sebagai wali kota, menyebut tuduhan terhadapnya bermotif politik, klaim nan dibantah Erdogan.

Polisi antihuru-hara dalam jumlah besar terlihat mengawal para demonstran di sekitar balai kota Istanbul pada Senin malam. Massa meneriakkan slogan-slogan dan mengibarkan bendera Turki.

Kendaraan dengan meriam air juga tampak di sekitar lokasi, meskipun protes kali ini sebagian besar berjalan damai, tanpa bentrok sengit seperti nan terjadi pada Minggu.

Menurut info pemerintah Turki sebelum tindakan pada Senin malam, sebanyak 1.133 orang ditangkap sejak protes dimulai.

Dalam pernyataan nan disiarkan televisi sebelumnya, Erdogan menyebut demonstrasi itu sebagai "kejahatan" dan menuduh partai oposisi "mengganggu ketenangan penduduk dengan provokasi".

Berbicara dari ibu kota Ankara, dia menyerukan agar protes dihentikan dan menuduh oposisi membikin "pernyataan paling biadab dan melanggar norma dalam sejarah politik kita selama lima hari terakhir, alih-alih menanggapi tuduhan nan ada".

Meskipun tetap dalam tahanan, Imamoglu dikonfirmasi pada Senin sebagai kandidat Partai Rakyat Republik (CHP) untuk pemilihan presiden Turki 2028. Pemungutan bunyi untuk pencalonannya berkarakter simbolis lantaran dia merupakan satu-satunya kandidat.

Ia menghabiskan malam Minggu di penjara setelah secara resmi ditangkap dan didakwa pada hari nan sama dengan tuduhan "mendirikan dan mengelola organisasi kriminal, menerima suap, pemerasan, merekam info pribadi secara ilegal, dan mengatur tender secara curang".

Dalam sebuah unggahan di X akhir pekan lalu, Imamoglu menyatakan dia "tidak bakal pernah tunduk" dan mengecam penangkapannya sebagai "noda hitam dalam kerakyatan kita".

Ia juga menyampaikan salam kepada para demonstran dan menegaskan rakyat menunjukkan mereka sudah "cukup" dengan kepemimpinan Erdogan.

Gelombang protes ini menjadi nan terbesar di Turki sejak demonstrasi Gezi tahun 2013, nan bermulai di Istanbul sebagai tindakan menentang pembongkaran sebuah taman kota.

Meskipun sebagian besar tindakan berjalan damai, pada Minggu polisi menggunakan meriam air dan semprotan merica untuk membubarkan massa.

Dilek Kaya Imamoglu, istri Imamoglu, turut datang di depan balai kota Istanbul dan mengatakan kepada para demonstran bahwa "ketidakadilan" nan dialami suaminya telah "menggetarkan hati nurani semua orang".

Imamoglu adalah salah satu dari lebih dari 100 orang nan ditahan pekan lampau dalam penyelidikan nan sedang berlangsung. Mereka nan ditangkap termasuk politisi, jurnalis, dan pengusaha.

Penahanannya tidak menghalanginya untuk mencalonkan diri alias terpilih sebagai presiden, tetapi dia tidak dapat maju jika terbukti bersalah atas salah satu tuduhan nan dihadapinya.

Imamoglu dianggap sebagai rival paling kuat bagi Erdogan, nan telah berkuasa di Turki selama 22 tahun sebagai perdana menteri dan presiden.

Namun, berasas batas masa jabatan, Erdogan tidak dapat mencalonkan diri lagi pada 2028, selain dia mengubah konstitusi.

Kementerian Kehakiman Turki mengecam pihak-pihak nan mengaitkan Erdogan dengan penangkapan Imamoglu dan menegaskan bahwa peradilan Turki tetap independen. (BBC/Z-2)