ARTICLE AD BOX
Washington DC -
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengubah balasan meninggal 37 dari 40 narapidana balasan meninggal federal menjelang lengser dari jabatannya. Penerusnya, Donald Trump, telah mengindikasikan bakal memulai kembali eksekusi federal.
Dilansir AFP, Selasa (24/12/2024), tiga orang nan dikecualikan dari langkah tersebut adalah salah satu pelaku peledak Boston Marathon 2013, seorang laki-laki bersenjata nan membunuh 11 jemaat Yahudi pada tahun 2018 dan seorang penganut supremasi kulit putih nan membunuh sembilan jemaat gereja kulit hitam pada tahun 2015.
Biden, dari Demokrat, telah memberlakukan moratorium balasan meninggal federal tetapi mendapat tekanan untuk bertindak lebih jauh sebelum meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari 2025. Trump, nan berasal dari Republik, telah memberi sinyal bakal melanjutkan eksekusi mati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka nan balasan matinya diringankan menjadi penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat termasuk sembilan orang nan dihukum lantaran membunuh sesama narapidana, empat orang lantaran pembunuhan nan dilakukan selama perampokan bank dan satu orang nan membunuh seorang penjaga penjara.
"Jangan salah, Saya mengutuk para pembunuh ini, bersungkawa untuk para korban tindakan tercela mereka dan bersungkawa untuk semua family nan telah menderita kerugian nan tak terbayangkan dan tak dapat diperbaiki," kata Biden.
"Namun, berasas hati nurani dan pengalaman saya, saya semakin percaya bahwa kita kudu menghentikan penggunaan balasan meninggal di tingkat federal. Dengan hati nurani nan baik, saya tidak dapat tinggal tak bersuara dan membiarkan pemerintahan baru melanjutkan eksekusi nan telah saya hentikan," sambungnya.
Tim Trump mengecam keputusan nan 'menjijikkan' itu. Pihak Trump mengatakan para terpidana meninggal itu merupakan pelaku kejahatan terburuk di dunia.
"Mereka termasuk pembunuh terburuk di bumi dan keputusan menjijikkan oleh Joe Biden ini merupakan tamparan di wajah para korban, family mereka, dan orang-orang nan mereka cintai," kata kepala komunikasi Trump, Steven Cheung, dalam sebuah pernyataan.
Ketua DPR dari Partai Republik Mike Johnson juga mengatakan keputusan itu merupakan 'tamparan di wajah para family nan telah sangat menderita di tangan hewan-hewan ini'.
Trump mengakhiri jarak 17 tahun dalam eksekusi federal pada tahun 2020, selama masa kedudukan pertamanya. Ada 13 eksekusi dengan suntik meninggal selama enam bulan terakhir kekuasaannya alias lebih banyak daripada di bawah pemimpin AS mana pun dalam 120 tahun.
Kelompok kewenangan asasi manusia memuji keringanan balasan Biden. Aktivis HAM menganggap Biden mengambil langkah penting.
"Presiden Biden telah mengambil langkah paling krusial dari presiden mana pun dalam sejarah kita untuk mengatasi ancaman balasan meninggal nan tidak beradab dan tidak konstitusional," kata Direktur Eksekutif American Civil Liberties Union (ACLU), Anthony Romero, dalam sebuah pernyataan.
Aktivis Martin Luther King III, putra pemimpin hak-hak sipil nan dibunuh, Martin Luther King Jr, mengatakan itu adalah 'hari bersejarah'. Ketiga narapidana balasan meninggal federal nan tersisa semuanya dihukum lantaran terorisme alias kejahatan kebencian.
Mereka adalah Dzhokhar Tsarnaev, nan membantu melakukan pengeboman Boston Marathon 2013; Dylann Roof, seorang supremasi kulit putih nan pada tahun 2015 menembak dan membunuh sembilan jemaat gereja kulit hitam di Charleston, Carolina Selatan; dan Robert Bowers, nan membunuh 11 orang Yahudi di sinagoge Tree of Life di Pittsburgh pada tahun 2018.
Biden berkampanye untuk Gedung Putih sebagai penentang balasan mati. Namun, Trump sering berbincang di jalur kampanye tentang ekspansi penggunaan balasan meninggal untuk mencakup migran nan membunuh penduduk negara AS serta pedagang narkoba dan manusia.
Hukuman meninggal biasanya dilakukan di tingkat negara bagian di Amerika Serikat, tetapi pemerintah federal juga dapat meminta eksekusi untuk serangkaian kejahatan terbatas, termasuk terorisme dan pembunuhan pejabat pengadilan. Eksekusi federal terakhir -- nan dilakukan dengan suntikan mematikan di Terre Haute, Indiana -- terjadi pada 16 Januari 2021, empat hari sebelum Trump meninggalkan jabatannya.
Hukuman meninggal telah dihapuskan di 23 dari 50 negara bagian AS, sementara enam negara bagian lainnya memberlakukan moratorium. Pada tahun 2024, telah terjadi 25 eksekusi di Amerika Serikat, semuanya di tingkat negara bagian.
Meskipun tren dunia mengarah pada moratorium alias penghapusan balasan mati, total eksekusi nan diketahui meningkat untuk tahun ketiga berturut-turut pada tahun 2024, dipimpin oleh Iran, Arab Saudi, dan Irak, menurut Pusat Informasi Hukuman Mati.
Amerika Serikat berada di ranking kelima dalam daftar eksekusi dunia pada tahun 2024. Biden telah mengikuti tradisi presiden nan bakal lengser nan memberikan pemaafan sebelum meninggalkan jabatan.
Awal bulan ini, dia meringankan balasan nyaris 1.500 orang nan telah ditempatkan di tahanan rumah selama pandemi COVID-19, nan merupakan jumlah terbanyak dalam satu hari, dan mengampuni 39 orang atas pelanggaran 'tanpa kekerasan'. Biden menimbulkan kontroversi dengan mengampuni putranya nan bermasalah, Hunter, nan menghadapi balasan atas tuduhan senjata dan pajak, meskipun sebelumnya berjanji untuk tidak melakukannya.
Lihat juga Video: Dulu Bilang Tidak, Biden Kini Beri Grasi untuk Putranya Hunter
[Gambas:Video 20detik]
(haf/haf)