ARTICLE AD BOX
Jakarta, librosfullgratis.com - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyoroti kejadian penurunan nilai gabah nan tidak diikuti dengan penurunan nilai beras di beragam daerah. Plt. Sekjen Kemendagri Tomsi Tohir mengungkapkan keprihatinannya, lantaran meski nilai gabah dari petani mengalami penurunan, nilai beras justru naik dan berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
"Harga gabah rata-rata turun, tetapi nilai beras naik. Seharusnya, ketika nilai gabah turun, nilai beras juga ikut turun. Ini nan perlu kita cermati bersama," kata Tomsi dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Jakarta, Senin (13/1/2025).
Melansir info BPS, Tomsi menyebut nilai beras medium di lapangan mencapai Rp14.173 per kg, jauh di atas HET nan ditetapkan pemerintah sebesar Rp13.033 per kg. Kondisi ini, menurutnya, perlu mendapatkan perhatian serius lantaran nilai beras terus melambung meski pasokan gabah melimpah.
"Ini nan kudu kita pahami, bahwa kita membikin nilai satuan tertinggi sebagai patokan. Kalau peralatan tersebut tetap di nilai satuan tertinggi (apalagi) jika sudah di atas HET, tentunya kita kudu berupaya untuk barang-barang tersebut tidak melampaui nilai satuan tertinggi. Nah, ini nan diperlukan kerja keras kita bersama-sama," ujarnya.
Menanggapi perihal tersebut, Kepala Divisi Hubungan Kelembagaan Perum Bulog Epi Sulandari menyatakan Bulog telah melakukan beragam upaya penyerapan gabah dan beras di daerah-daerah nan mengalami penurunan harga.
"Kami berbareng dinas pertanian dan pangan setempat langsung turun ke letak untuk menyerap gabah sesuai penugasan dari pemerintah," jelas Epi dalam kesempatan nan sama.
Hingga Januari 2025, sebutnya, Bulog telah menyerap 294 ton gabah dan beras dari beberapa wilayah. Namun, tantangan muncul ketika kualitas gabah tidak sesuai standar, sehingga memerlukan proses standardisasi sebelum masuk ke penyimpanan Bulog.
"Jika standar kualitasnya tidak pada standar kualitas, kita bakal melakukan rafaksi, dan sampai Januari 2025 ini pengadaan kita baru mencapai 294 ton, ini kita laksanakan di beberapa wilayah, termasuk juga di wilayah nan nilai gabahnya jatuh," ungkapnya.
"Di daerah-daerah nan terdapat nilai jatuh, maupun daerah-daerah nan sudah mulai terdapat panen, kami bekerjasama dengan dinas pertanian dan dinas pangan setempat untuk memantau wilayah nan sudah panen dan/atau nan bakal panen, kemudian kita bersama-sama melakukan penyerapan," sambungnya.
Epi menambahkan, Bulog menargetkan penyerapan setara 3 juta ton beras pada tahun 2025, dengan konsentrasi 80% penyerapan dilakukan saat puncak panen Maret hingga April. "Kami terus berkoordinasi dengan dinas mengenai untuk memantau letak panen dan memastikan penyerapan melangkah lancar," imbuh dia.
Kemendagri Ingatkan Bulog Gerak Cepat
Sementara itu, Tomsi kembali meminta Bulog untuk lebih konsentrasi mengatasi lonjakan nilai beras di daerah-daerah dengan nilai tinggi, seperti Kabupaten Anambas nan mencapai Rp18.500 per kg dan Intan Jaya di Papua dengan nilai hingga Rp54.000 per kg.
"Kami minta Bulog bisa mendorong program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) lebih besar di daerah-daerah tersebut agar nilai beras bisa turun," tegas Tomsi.
Ia menekankan pentingnya peran Bulog dalam menjaga stabilitas harga. "Di mana nilai gabah jatuh, Bulog kudu datang untuk membantu petani. Di mana nilai beras naik, Bulog kudu datang untuk menurunkan harga. Kita kudu memihak petani sekaligus menjaga kepentingan konsumen," ujarnya.
Kemendagri meminta Bulog terus memantau kondisi pasar secara real-time dan melaporkan info jeli agar langkah penanganan tepat sasaran. "Kami sangat berterima kasih atas upaya Bulog, namun kita kudu pastikan solusi nan diberikan sesuai dengan persoalan nan ada di lapangan," pungkas Tomsi.
Foto: Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025 di Kemendagri, Senin (13/1/2025). (librosfullgratis.com/Martyasari Rizky)
Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025 di Kemendagri, Senin (13/1/2025). (librosfullgratis.com/Martyasari Rizky)
(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: RI Mau Swasembada Pangan, Bulog Harus "Kuasai" Stok-Beras Cs
Next Article Video: Harga Beras di Indonesia Dikritik Bank Dunia, Ini Faktanya!