Keheningan Di Bourbon Street Mengungkap Kisah Kejadian Tragedi Tahun Baru

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX
Keheningan di Bourbon Street Mengungkap Kisah Kejadian Tragedi Tahun Baru Pada pagi Tahun Baru, Bourbon Street di New Orleans menjadi letak serangan teror nan mematikan. Beberapa saksi menggambarkan kekacauan dengan bunyi tembakan dan teriakan ketakutan.(New Orleans Police & Justice Foundation)

SUASANA sunyi terasa di persimpangan nan menjadi pusat keramaian turis di New Orleans, Amerika Serikat, Rabu (1/1) pagi. Hanya terdengar bunyi garis polisi nan berkibar tertiup angin ringan dan sirene sesekali terdengar dari jalan.

Beberapa jam sebelumnya, jalanan tersebut dipenuhi ratusan orang nan merayakan pergantian tahun. Namun sekitar pukul 3 pagi, kerumunan tersebut berubah menjadi kepanikan. Sebuah kendaraan menabrak kerumunan, dan seorang penembak bertempur dengan polisi, meninggalkan setidaknya 10 orang tewas dan puluhan lainnya terluka. Saksi mata nan terkejut mengaku mendengar bunyi tembakan keras, teriakan ketakutan, dan tubuh-tubuh nan tergeletak di tanah.

Saat mentari terbit di Hari Tahun Baru, Casey Kirsch, 28, berdiri di sekitar tempat kejadian dengan angan dapat mengambil bangku roda mertuanya nan tertinggal akibat kekacauan tersebut. Kirsch datang ke New Orleans dari Pittsburgh untuk merayakan tahun baru berbareng keluarganya, namun dia malah menghabiskan pagi hari tahun 2025 untuk mencari tahu keberadaan mertuanya, Jeremi.

“Kami tidak bisa menghubunginya, jadi mulai menelepon rumah sakit,” kenangnya.

Mereka akhirnya menemukan Jeremi terluka dalam serangan tersebut dan kemungkinan memerlukan operasi. Kehilangan besar ini begitu berat untuk diterima.

“Ini sangat mengecewakan memandang sesuatu nan tidak masuk logika seperti ini,” kata Kirsch. “Kenapa? Saya betul-betul tidak mengerti.”

Temannya, Michael Kroger, 27, berada di persimpangan nan sama dua jam sebelum serangan terjadi.

“Di jalan itu ada keluarga-keluarga,” katanya. “Ada ayah dengan anak-anak di pundaknya; ada remaja nan melangkah di jalan. Suasananya hidup.”

Pihak berkuasa menggambarkan serangan ini sebagai kekerasan nan terencana, dengan sumber kepolisian mengatakan bahwa pelaku, nan diidentifikasi sebagai Shamsud Din Jabbar, datang dengan pelindung tubuh dan helm. Sebuah senjata panjang ditemukan di tempat kejadian, dan dua petugas polisi terluka namun dalam kondisi stabil. Komisaris Polisi New Orleans, Anne Kirkpatrick, menggambarkan serangan ini sebagai “perilaku nan disengaja.”

“Pria ini mencoba menabrak sebanyak mungkin orang nan bisa dia temui.”

Jessica Tracy, tunawisma, 39, berada hanya beberapa blok dari letak serangan saat itu berlangsung. “Saya langsung lari,” katanya. “Saya mendengar bunyi tembakan dan saya langsung lari dari sana.”

Jay McGuffey, 28, sedang berpesta di sebuah klub di Bourbon Street saat serangan terjadi. Ia sedang mengunjungi kota itu berbareng teman-temannya dari Mississippi dan mengatakan kepada Guardian mereka dievakuasi dari klub dan memandang tubuh-tubuh tergeletak saat mereka meninggalkan area tersebut.

“Kami sedang bersenang-senang merayakan Tahun Baru, kemudian mereka menunjukkan kami untuk keluar lantaran ada nan tertembak. Kemudian kami mendengar ada truk nan melintasi sini, dan 15 orang tertembak,” kata McGuffey. Ia belum bisa kembali ke hotel sejak serangan tersebut dan tetap berkeliling di French Quarter pada pagi hari Rabu saat polisi menyisir lingkungan tersebut.

Beberapa orang baru saja terbangun dari tidur dan menghadapi pemandangan nan tak terbayangkan beberapa jam sebelumnya. Karen Arnold, 58, sedang berjamu dari Detroit dan menginap di hotel Crowne Plaza, beberapa puluh meter dari letak serangan. Ia baru saja kembali ke bilik setelah berpesta dengan teman-temannya di Bourbon Street sekitar pukul 2 pagi. Ia mendengar sirene saat tidur dan terbangun untuk menemukan tiga mobil van putih dari instansi koroner kota terparkir di luar hotel.

Ia sudah siap untuk meninggalkan kota dan berdiri berbareng teman-temannya, memikirkan pertumpahan darah nan hanya terlewat beberapa menit darinya.

“Saya tidak mengerti,” katanya. “Saya tahu kami belum tahu detailnya, tetapi rasanya mudah sekali bagi orang nan mempunyai masalah mental untuk mendapatkan senjata dan melakukan perihal seperti ini. Itu nan saya tidak mengerti.”

Pada pukul 9 pagi, jalanan sekitar Bourbon Street mulai kembali hidup dengan orang-orang nan melintas sembari tidak percaya dengan kejadian nan baru saja terjadi.

Keheningan akhirnya pecah oleh ledakan terkontrol nan terdengar dari letak kejadian. (The Guardian/Z-3)