Kenapa Perayaan Natal Identik Dengan Kue Jahe? Begini Sejarahnya

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Perayaan Natal identik dengan roti alias kue jahe alias gingerbread cookies. Salah satu kue unik Natal ini biasa dibentuk menjadi figur orang, pohon Natal, hingga rumah-rumahan. Lantas, gimana sejarah kue jahe bisa menjadi kue unik identik saat seremoni Natal?

Menurut situs History, Ratu Elizabeth I dikenal sebagai sosok nan mempopulerkan hiasan awal kue jahe, namun sejatinya orang Jerman menyatakan tradisi kue jahe ini. Dan ketika Grimm Bersaudara dari Jerman menulis kisah "Hansel dan Gretel", sebuah tradisi Natal baru pun lahir. Rumah penyihir dalam kisah Hansel dan Gretel menjadi inspirasi bagi kreasi kue jahe di seluruh Eropa dan Amerika Serikat lebih dari dua abad.

Tradisi Menghias Rumah Kue Jahe

Mengutip dari The Guardian, tradisi menghias rumah kue jahe dimulai di Jerman pada awal tahun 1800-an. Konon dipopulerkan setelah dongeng "Hansel dan Gretel" karangan Grimm Bersaudara nan diterbitkan pada tahun 1812.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dongeng original karya Grimms ini memuat kalimat berikut: "Ketika mereka mendekat, mereka memandang bahwa rumah itu dibangun dari roti, dan berbumbungkan kue, dan jendelanya terbuat dari gula nan tembus pandang." (Dalam jenis selanjutnya, kata tersebut berubah menjadi kue jahe, bukan hanya roti.)

Terinspirasi oleh cerita tersebut, para kreator kue Jerman kemudian mulai membikin rumah-rumah mini nan dihias dari lebkuchen, biskuit madu nan dibumbui.

Asal-usul Kue Jahe

Masih mengutip dari The Guardian, asal-usul kue jahe sendiri sebenarnya tidak diketahui secara pasti. Diketahui bahwa akar jahe sendiri pertama kali dibudidayakan di Cina sekitar 5.000 tahun nan lalu, dan dianggap mempunyai faedah obat dan magis.

Kapan kegunaannya sebagai pengawet ditemukan tetap belum jelas, tetapi beberapa sejarawan makanan mengatakan bahwa resep kue jahe nan pertama kali diketahui berasal dari sekitar tahun 2400 SM di Yunani. Ada pula nan menelusuri sejarahnya hingga tahun 992 Masehi, ketika biarawan Armenia Gregory dari Nicopolis diperkirakan mengajari para kreator kue Kristen di Prancis langkah membuatnya.

Referensi selanjutnya mencakup serikat kreator kue jahe di Jerman, nan mungkin dibentuk pada abad ke-15 untuk melindungi hak-hak kreator kue tertentu. Pada waktu nan nyaris bersamaan, para biarawati di Swedia memanggang kue jahe untuk meringankan gangguan pencernaan.

Dipopulerkan oleh Ratu Elizabeth I

Selanjutnya, kue jahe berbentuk figur sering dikreditkan ke istana Inggris. Disebut bahwa Ratu Elizabeth I nan mempopulerkannya, di mana biskuit dibuat dengan corak seperti tamu-tamu penting. Bahkan disebut dalam karya Shakespeare, "Love's Labour's Lost" pada tahun 1598: "And I had but a penny in the world, you should'st have it to buy gingerbread." (Dan saya hanya mempunyai satu sen di bumi ini, engkau kudu memilikinya untuk membeli kue jahe.)

Lalu pada abad-abad berikutnya, kue jahe berbentuk menjadi terkenal di seluruh Eropa, dengan figur dan model nan digunakan sebagai hiasan jendela, alias diberikan sebagai bingkisan pada hari raya keagamaan alias ulang tahun.

(wia/imk)