Negara Kaya Ini Bakal Resesi Di 2025, Ekonomi Melemah

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, librosfullgratis.com - Negara kaya, Inggris, diramalkan bakal menuju resesi pada 2025 mendatang. Ini diprediksi The Daily Telegraph, Jeremy Warner, dengan mengumpulkan sejumlah bukti pelemahan ekonomi di Negeri Big Ben.

Warner memaparkan bahwa resesi, meskipun relatif ringan, sekarang tampaknya cukup mungkin terjadi. Hal ini dapat dilihat dari pertama, ialah peningkatan shopping pemerintah berkarakter backend (tak terlihat langsung ke warga), sehingga tidak bakal berakibat langsung bagi perekonomian.

"Hal nan sama bertindak untuk rencana pembangunan perumahan pemerintah, nan jika betul-betul terjadi bakal memerlukan waktu untuk berjalan," pungkasnya, seraya menyebut perekonomian Inggris kudu berjuang melawan pajak pemerintah terhadap upaya dan paket kewenangan pekerja nan ditingkatkan, dikutip Kamis (2/1/2024).

"Peningkatan Asuransi Nasional bagi pengusaha tidak bakal terjadi hingga bulan April, tetapi perusahaan-perusahaan sudah mengambil tindakan mengelak. Perekrutan dipangkas, rencana investasi ditangguhkan, dan banyak perusahaan bakal mencoba untuk menarik kembali kenaikan biaya melalui nilai nan lebih tinggi," tambahnya.

Terkait inflasi, peningkatan nilai itu kemungkinan bakal terbukti lebih kuat dari nan diantisipasi. Ini didorong oleh penghargaan penghasilan sektor publik nan lebih tinggi, bayaran minimum nan meningkat, peningkatan Asuransi Nasional, dan ancaman perang tarif dari Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

"Hal ini pada gilirannya dapat menggagalkan rencana Bank of England untuk menurunkan suku bunga, meskipun prospek ekonomi melemah. Suku kembang nan lebih tinggi untuk jangka waktu nan lebih lama bakal terus menjadi agenda harian," ujarnya.

Warner menambahkan bahwa Federal Reserve AS mungkin bakal kembali meningkatkan suku kembang pada tahun depan. Ini disebabkan kebijakan Donald Trump nan berkarakter inflasioner, seperti ancaman perang tarif hingga pemotongan pajak dan deportasi massal imigran.

"Suku kembang AS nan lebih tinggi untuk jangka waktu nan lebih lama menyiratkan dolar nan lebih kuat, pound nan lebih lemah, dan euro nan lebih lemah lagi, nan bakal mencapai paritas terhadap dolar lantaran Bank Sentral Eropa memangkas suku kembang untuk mendukung ekonomi area euro nan sedang berjuang," ungkapnya.

Lebih lanjut, Warner mengungkapkan bahwa kemungkinan besar, Peter Mandelson, duta besar baru Inggris untuk Washington, dapat menegosiasikan pengecualian bagi Inggris dari rencana tarif universal Trump. Namun, Warner menyebut sangat tidak mungkin perihal ini bakal menghasilkan perjanjian perdagangan bebas nan lengkap.

"Menandatangani kesepakatan seperti itu bakal menjadi pukulan telak bagi sektor pertanian Inggris nan sudah mendidih lantaran kemarahan atas serangan pajak warisan Partai Buruh terhadap pertanian keluarga," tuturnya.

"Inggris sudah menikmati hubungan perdagangan nan sangat baik dengan AS, dan tidak jelas apakah tanggungjawab kesepakatan nan sebagian besar ditentukan oleh kepentingan Amerika bakal banyak memperbaiki keadaan," katanya.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Negara Maju Tetangga RI Resmi Resesi, Ekonomi Merosot Tajam

Next Article Jangan Panik! AS Tak Akan Resesi, Ini Alasannya