ARTICLE AD BOX
PRIA nan menurut FBI menabrakkan truknya ke kerumunan orang nan merayakan Tahun Baru di New Orleans mengalami kesulitan finansial nan parah. Meskipun demikian, pelaku mempunyai pekerjaan dengan penghasilan US$120.000 per tahun. Ini menurut catatan pengadilan nan diperoleh USA Today.
FBI mengidentifikasi pengemudi dalam tindakan kekerasan di Bourbon Street pada Hari Tahun Baru di New Orleans sebagai Shamsud Din Jabbar nan berumur 42 tahun. Agen federal mengatakan serangan mematikan itu sedang diselidiki sebagai tindakan terorisme. Jabbar ditembak meninggal oleh polisi setelah dia menembaki petugas.
Catatan pengadilan di Texas menunjukkan Jabbar, nan telah menikah dan berpisah dua kali, menulis tentang masalah finansial selama pasang surut hukumnya dengan istri-istrinya. Saat dia menegosiasikan perceraian keduanya dua tahun lalu, pengacaranya melampirkan catatan ke berkas pengadilan nan menunjukkan finansial Jabbar terbatas.
"Waktu adalah perihal nan terpenting. Saya tidak bisa bayar angsuran rumah. Uang tersebut telah jatuh tempo lebih dari US$27.000 dan terancam disita jika kami menunda penyelesaian perceraian," tulis Jabbar kepada pengacaranya pada Januari 2022.
Jabbar mengusulkan untuk menjual rumah pasangan tersebut di Fresno, Texas, dan membagi ekuitasnya. Ia juga menyebut dua perusahaan induk real estat nan dibentuknya nan berbobot US$0. Ia mengusulkan tunjangan anak sebesar US$1.100 dan menyebut kedua anaknya.
Kemudian, ringkasan terperinci finansial Jabbar mencantumkan slip penghasilan dari Deloitte, firma akuntansi global. Ia mencantumkan penghasilan kotor sebesar US$120.000 per tahun. Ia mencantumkan kartu kredit, pinjaman mahasiswa, dan utang lain nan melampaui $41.000.
Jabbar, seorang penduduk negara AS dan veteran Angkatan Darat, membawa bendera ISIS di kait gandengan truk nan digunakan dalam serangan mematikan pada Rabu (1/1) nan menewaskan 15 orang. Truk itu tampaknya disewa.
"Bendera ISIS ditemukan di dalam kendaraan dan FBI sedang berupaya menentukan potensi hubungan dan hubungan subjek dengan organisasi teroris," kata pernyataan FBI.
Jabbar mendaftar di Angkatan Darat pada 2007 pada puncak perang di Irak dan Afghanistan ketika lebih dari 100.000 tentara AS telah dikerahkan ke area perang. Ini menurut Angkatan Darat dan seorang pejabat AS nan berbincang dengan syarat anonim.
Keahlian awalnya adalah ahli sumber daya manusia, pekerjaan nan tugasnya meliputi penggajian, pengiriman surat, dan pemrosesan medali. Ia menjadi ahli teknologi informasi, transisi umum di Angkatan Darat. Sebagai prajurit IT, dia bakal dilatih sebagai pemecah masalah sistem komputer.
Jabbar dikerahkan ke Afghanistan dari Februari 2009 hingga Januari 2015. Ia ditempatkan di pangkalan-pangkalan termasuk Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson di Alaska. Saat itu berjulukan Fort Bragg di North Carolina.
Setelah ditugaskan, Jabbar berasosiasi dengan Cadangan Angkatan Darat dan terus bekerja sebagai ahli TI hingga Juli 2020. Ia meninggalkan Angkatan Darat sebagai sersan staf dan menerima pemberhentian dengan hormat, menurut pejabat tersebut.
Motif penyerangan Jabbar tidak diketahui. Setelah mengemudikan truk pikapnya dengan kecepatan tinggi di sekitar barikade nan didirikan pada Malam Tahun Baru di Bourbon Street, dia keluar dari truk dan menembak polisi setempat.
"Tiga petugas polisi membalas tembakan dan menewaskan tersangka," kata Kepala Polisi New Orleans Anne Kirkpatrick. Dua petugas nan terluka dalam baku tembak tersebut dilaporkan dalam kondisi stabil.
Teknisi peledak FBI sedang bekerja untuk menentukan perangkat peledak nan ditemukan di truk dan di tempat lain di French Quarter kota itu layak.
"Senjata dan peledak potensial ditemukan di kendaraan pelaku," kata FBI. "Peledak potensial lain juga ditemukan di French Quarter."
Tinjauan awal catatannya menunjukkan bahwa waktunya di Angkatan Darat tidak luar biasa, kata pejabat tersebut. Jabbar sebagian besar menjalankan tugas sebagai tentara di instansi pusat.
Serangan di Bourbon Street terjadi sekitar pukul 03.15 Waktu setempat saat orang-orang merayakan Tahun Baru. Serangan itu juga terjadi beberapa jam sebelum kota itu menjadi tuan rumah pertandingan sepak bola perguruan tinggi Sugar Bowl antara Notre Dame dan Universitas Georgia. Sebagai akibat dari meningkatnya kekhawatiran atas serangan itu, pertandingan itu ditunda. (Z-2)