ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Tahun 2024 lampau menjadi tahun terpanas di China berdasarkan catatan Badan Meteorologi China. Kondisi ini disebabkan oleh lonjakan cuaca ekstrem nan dipicu perubahan iklim.
Dilansir AFP, Kamis (2/1/2025) China diketahui sebagai penghasil emisi gas rumah kaca terbesar nan menurut para intelektual menjadi pemicu pemanasan global. Adapun Beijing telah memprediksi emisi karbon dioksida bakal mencapai puncaknya pada tahun 2030 dan mencapai nol bersih pada tahun 2060.
"Pada tahun 2024 nan baru saja berakhir, suhu nasional rata-rata adalah 10,92 derajat Celsius (51,66 Fahrenheit), 1,03 derajat lebih tinggi dari rata-rata dan merupakan tahun terpanas sejak dimulainya pencatatan komplit pada tahun 1961," kata Badan Meteorologi China di laman resminya, Rabu (1/1/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Empat tahun terpanas nan pernah ada adalah empat tahun terakhir, dengan semua sepuluh tahun terpanas sejak 1961 terjadi pada abad ke-21," kata instansi cuaca tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan dalam pesan akhir tahun pada hari Senin (30/12/2024), bahwa 2024 ditetapkan sebagai tahun terpanas nan pernah tercatat di seluruh dunia.
Selain itu, di China, puluhan orang tewas dan ribuan orang dievakuasi selama banjir melanda negara itu tahun lalu.
Tahun 2024 juga terjadi banjir besar di Spanyol dan Kenya, beberapa angin besar luar biasa di Amerika Serikat dan Filipina, serta kekeringan dan kebakaran rimba nan parah di Amerika Selatan.
Bencana alam menyebabkan kerugian ekonomi sebesar $310 miliar pada tahun 2024, menurut raksasa asuransi Swiss Re nan berkantor pusat di Zurich.
(rdp/imk)