Sosiolog Ui Sebut Lukisan Yos Suprapto Tak Melanggar Etika Dan Masih Relevan

Sedang Trending 4 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

librosfullgratis.com, Jakarta Galeri Nasional Indonesia (GNI) nan telah menunda Pameran Tunggal Yos Suprapto menjadi polemik. Pasalnya, ada sejumlah lukisan diminta untuk diturunkan namalain tak boleh dipamerkan.

Terkait perihal ini, Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Thamrin Amal Tomagola mengkritik sikap GNI ini. Pasalnya, lukisan Yos Suprapto tersebut tak melanggar etika dan tetap sesuai dengan rumor soal pangan.

Adapun ini disampaikan Thamrin dalam obrolan berjudul ‘Seni Sebagai Medium Kritik Kekuasaan’ di area Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (22/12/2024).

"Kalau saya lihat lukisan-lukisan nan ada, nan dibuat oleh Yos Suprapto itu, itu mengarahnya memang mempersoalkan etika negara nan paling mendasar, dan nan terutama mempersoalkan Jokowi, sehingga terjadi hal-hal nan seperti itu. Jadi, bahwa ada lukisan nan mengkritik praktik kekuasaan dari Yos, saya kira betul sekali, memang itu nan terjadi. Itu kudu dikritik," kata dia.

Menurut Thamrin, masalah kelemahan pangan nan saat ini terjadi lantaran praktik kekuasaan dan perihal itu digugat oleh Yos.

"Kita tahu semua, apalagi dengan tema tanah, kebangkitan tanah untuk ketahanan pangan, kita tahu semua bahwa sebenarnya ketahanan pangan di republik ini tidak alias sukar untuk ditegakkan, lantaran lemahnya komitmen dari pemerintah. Lemahnya komitmen dari pemerintah itu bisa terlihat dari maraknya impor barang-barang dari luar. Impor beras, impor gula, impor macam-macam nan sebenarnya kita punya," jelas dia.

"Dan itu impor semua. Jadi, sehingga kedaulatan untuk ditegakkan tidak ada. Karena tidak ada komitmen politik dari pemerintah," kata Thamrin.

Fenomena Kekuasaan

Thamrin mengatakan Yos memandang kejadian bahwa ketahanan, kedaulatan pangan ini nan berurusan dalam kekuasaan negara tidak bakal mungkin ditegakkan lantaran masalah negara sendiri.

Dia juga mengkritisi penilaian kurator nan katanya ada dua lukisan nan sebenarnya lebih layak disebut makian.

Adapun, dalam obrolan ini, datang sebagai narasumber lainnya, ialah personil Komisi X DPR RI Bonnie Triyana, Direktur Amnesty International Indonesia Usman Hamid, Kritikus Seni Bambang Budjono.

Sebelumnya, mengenai dengan penundaan, dalam keterangan tertulisnya, Yos Suprapto mengungkapkan pengunjung nan datang di pembukaan pada 19 Desember 2024 malam dilarang memandang pameran nan telah dipersiapkan sejak setahun terakhir. Pintu pameran dikunci.

Ia juga menjelaskan bahwa kurator nan ditunjuk Galeri Nasional, Suwarno Wisetrotomo, meminta lima di antara 30 lukisan diturunkan. Tapi, Yos menolak. "Saya tidak mau lagi berurusan dengan Galeri Nasional dan Kementerian Kebudayaan," kata Yos.

Menurutnya, lima lukisan itu berangkaian dengan sosok nan pernah sangat terkenal di masyarakat Indonesia. "Saya rasa itu ekspresi kurator nan takut secara berlebihan," kata Eros Djarot, nan membuka acara. 

Para visitor nan sudah siap untuk menikmati lukisan karya Yos Suprapto akhirnya kecewa. Pihak Galeri Nasional mengunci ruang pameran. Pintu utama dikunci dan lampu digelapkan.

"Ini adalah pembredelan pameran seni rupa pertama di era Prabowo Subianto," ujar Oscar Motulloh, ahli foto professional nan juga pengamat seni dalam keterangannya. 

Sensor Karya Yos Suprapto Bisa Jadi Preseden Buruk Pemerintah

Anggota Komisi X DPR RI Bonnie Triyana menyoroti peristiwa penutupan pameran lukisan seniman senior asal Yogyakarta, Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia nan dianggap sebagai corak ‘pemberedelan’. Ia meminta Pemerintah untuk tidak mengintervensi karya seni.

“Mestinya negara bisa memberi ruang pada masyarakat alias pelaku seni dan kepada kurator untuk bisa berbincang secara kritis dengan publik. Jadi jangan malah alergi dan intervensi," kata Bonnie dalam keterangannya, Sabtu (21/12/2024).

Seperti diketahui, Galeri Nasional Indonesia membatalkan pameran tunggal Yos Suprapto, berjudul “Kebangkitan: Tanah Untuk Kedaulatan Pangan” di Gedung A Galeri Nasional beberapa menit sebelum pembukaan pada Kamis malam, 19 Desember 2024.

Di hari pembukaan pameran, pintu kaca digembok dan lampu dimatikan. Padahal pameran nan telah dipersiapkan sejak tahun lampau tersebut rencananya bakal berjalan mulai 20 Desember 2024 hingga 19 Januari 2025.

Bonnie telah datang ke Galeri Nasional (Galnas) nan berada di Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2024), untuk mendampingi pelukis Yos Suprapto dalam rangka memfasilitasi persoalan ini antara pihak seniman dan Pemerintah. Ia datang guna menjalankan tugasnya di Komisi X DPR RI nan salah satu ruang lingkup kerjanya mengenai urusan seni dan kebudayaan.

Politikus PDIP itu mengkritik pembatalan pameran lukisan Yos oleh Galeri Nasional nan merupakan gedung lembaga milik Pemerintah di bawah Kementerian Kebudayaan.

“Negara kudu menjamin kebebasan berekspresi seniman. Sensor karya nan terjadi dalam pameran ini bisa jadi preseden jelek dalam pemerintahan Prabowo Subianto,” kata dia.