ARTICLE AD BOX

SUTRADARA movie Palestina pemenang Oscar, Hamdan Ballal, mengatakan para pemukim Israel nan menyerangnya dibantu oleh dua tentara Israel nan memukulinya dengan popor senapan di luar rumahnya dan menakut-nakuti bakal membunuhnya.
Dalam sebuah wawancara dengan The Guardian, Ballal, salah satu dari empat sutradara movie dokumenter No Other Land, nan mendokumentasikan penghancuran desa-desa di West Bank dan memenangkan movie dokumenter terbaik di Academy Awards tahun ini, menceritakan gimana pada Senin, dua tentara Israel pertama kali mengepungnya ketika seorang pemukim menyerangnya, sebelum dengan kasar memukul kepalanya dan menakut-nakuti untuk menembaknya.
“Semuanya dimulai sekitar pukul 18:00 pada hari Senin,” kata Ballal, nan dibebaskan pada hari Selasa setelah pasukan Israel menahannya di sebuah instansi polisi di West Bank, dikutip dari The Guardian, Rabu, (26/3).
“Kami baru saja berbuka puasa ramadan di Susya di wilayah Masafer Yatta, Selatan Hebron, ketika seseorang menelepon saya dan mengatakan para pemukim telah memasuki desa kami,” cerita Hamdan Ballal.
Beberapa pemukim bersenjatakan pentungan, nan lain membawa pisau dan salah satu dari mereka memegang senapan M16, kata para saksi mata kepada The Guardian. Di antara mereka terdapat sekelompok tentara Israel nan mengawal para pemukim masuk ke dalam desa tempat Ballal tinggal.
“Karena saya bekerja untuk sebuah organisasi kewenangan asasi manusia berjulukan Haqel: in Defense of Human Rights, dan lantaran saya juga seorang fotografer, saya pergi ke sana untuk mendokumentasikan apa nan terjadi,” katanya.
“Saya mengambil tiga alias empat foto, dan kemudian saya menyadari situasinya memburuk. Ada puluhan pemukim, dan mereka menjadi semakin agresif.”
Para pemukim bertopeng dengan tongkat mulai menyerang penduduk Palestina, termasuk sekelompok aktivis Yahudi, memecahkan kaca mobil mereka dan menggilas ban, menurut Josh Kimelman, seorang aktivis dari Pusat Non-Kekerasan Yahudi (CJNV). Video nan disediakan oleh golongan tersebut menunjukkan seorang pemukim bertopeng mendorong dan mengayunkan tinjunya ke arah dua orang aktivis di sebuah lapangan berdebu di malam hari.
“Pada saat itu juga, saya terkenang family saya nan sedang berada di rumah,” kata Ballal.
“Saya berlari ke arah mereka dan mengatakan kepada istri saya, ‘kunci rumah dan jaga anak-anak tetap di dalam.’ Mereka bisa saja menyerang saya, tetapi dengan melakukan perihal itu mereka tidak bakal membahayakan family saya,” kisah Ballal.
Seorang pemukim, nan dikawal oleh dua tentara Israel, melangkah langsung ke rumah Ballal. Tentara mulai menembak ke udara untuk mencegah siapa pun menolong Ballal, nan berteriak minta tolong.
“Para tentara mengarahkan senapan mereka ke arah saya sementara pemukim dari belakang mulai memukuli saya,” kata Ballal.
“Mereka melempar saya ke tanah, dan pemukim mulai memukuli kepala saya. Kemudian seorang tentara juga mulai memukuli saya dengan popor senapannya, dia memukul kepala saya. Setelah itu, dia menembakkan senjatanya ke udara. Saya tidak mengerti bahasa Ibrani, tetapi saya menyimpulkan dia mengatakan tembakan senapan berikutnya bakal mengenai saya. Pada saat itu, saya pikir saya bakal mati.”
Dalam keadaan terluka, diborgol dan ditutup matanya, Ballal dan dua orang Palestina lainnya dipindahkan oleh tentara ke sebuah kendaraan militer dan kemudian ke instansi polisi di pemukiman West Bank Kiryat Arba, di mana mereka bermalam di lantai dan dipaksa tidur di bawah pendingin ruangan nan sangat dingin.
Pengacara Ballal, Lea Tsemel, mengatakan mereka hanya menerima perawatan minimal untuk luka-luka mereka akibat serangan tersebut dan Tsemel tidak mempunyai akses kepada mereka selama beberapa jam setelah penangkapan mereka.
“Itu adalah balas dendam atas movie kami. Saya mendengar suara-suara tentara, mereka menertawakan saya... Saya mendengar (kata) 'Oscar'.”
Awal bulan ini, Ballal dan para sutradara lain dari No Other Land, nan mengisahkan perjuangan hidup di bawah kolonisasi Israel, tampil di panggung Academy Awards ke-97 di Los Angeles, Amerika Serikat untuk menerima piala Oscar untuk movie dokumenter terbaik.
Film produksi berbareng Israel-Palestina ini telah memenangkan serangkaian penghargaan internasional, dimulai dari Berlinale pada tahun 2024. Film ini juga telah memantik kemarahan di Israel dan luar negeri. Miami Beach di Florida mengusulkan untuk mengakhiri sewa bioskop nan menayangkan movie tersebut.
“Kami baru saja memenangkan Oscar tiga minggu nan lalu, dan kekerasan telah meningkat. Tidak hanya terhadap saya, tidak hanya terhadap para aktivis dan kru movie lainnya, tapi juga terhadap semua penduduk,” cerita Ballal. (M-3)