ARTICLE AD BOX
BMKG Stasiun Geofisika Bandung Jawa Barat (Jabar) mencatat terjadi sebanyak 1.321 kali gempa bumi nan telah mengguncang Jabar dan sekitarnya selama 2024.
Kepala Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu Rabu (1/1) mengatakan berasas kedalaman hiposenternya gempa bumi nan terjadi dengan kedalaman dangkal (D<60>300 km), sebanyak empat kejadian dengan rentang 2 km hingga 349 km. Untuk magnitudo, gempa bumi terbesar tercatat 6,5 dan magnitudo terkecil 1,1.
“Berdasarkan letak hiposenternya, 806 kejadian gempa bumi terjadi di laut dan sebagian besar tersebar di selatan Pulau Jawa. Sebagai akibat dari aktivitas sesar aktif dasar laut dan sebagian lagi diakibatkan adanya subduksi pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia,” jelas Rahayu.
Rahayu menambahkan, sedangkan 407 gempa bumi terjadi di darat, dengan kedalaman dangkal sebagai aktivitas sesar lokal dan 108 gempa bumi lainnya terjadi juga di darat, namun diakibatkan adanya aktivitas dalam lempeng tektonik Indo-Australia.
Lalu sepanjang 2024, terdapat 113 kali gempa bumi nan dirasakan, salah satu kejadian gempa bumi dirasakan tersebut terjadi pada 27 April 2024 pukul 23:29:47 WIB, nan berpusat 8.39 LS dan 107.11 BT pada kedalaman 70 km.
“Gempa bumi berkekuatan M6.2 ini dirasakan di Sukabumi dan Tasikmalaya IV MMI, Bandung dan Garut III-IV, Tangerang, Tangsel, Bogor. Jakarta, Kebumen, Banyumas, Cilacap. Purwokerto III MMI, Bantul, Sleman, Kulonprogo, Trenggalek, Malang II MMI,” papar Rahayu.
Menurut Rahayu, dengan memperhatikan letak episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi nan terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam lempeng Indo-Australia nan tersubduksi di bawah lempeng Eurasia, di selatan Jawa Barat alias terkenal disebut sebagai gempa dalam lempeng (intra-slab earthquake).
“Hasil kajian sistem sumber menunjukkan bahwa gempa bumi mempunyai sistem pergerakan naik (Thrust Fault). Kami mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh rumor nan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, serta menghindari bangunan-bangunan retak alias rusak nan diakibatkan oleh gempa bumi,” beber Rahayu. (AN/J-3)