Duel tinju berubah menjadi 12 ronde daripada 15 karena alasan keselamatan petinju. Pada tahun 1982, Kim Duk-koo dan Ray Mancini bertarung selama 15 ronde untuk sabuk kelas ringan WBA. Namun, tragedi terjadi ketika Kim jatuh pingsan setelah pertarungan dan meninggal beberapa hari kemudian akibat cedera otak yang parah. Insiden ini membuat aturan tinju diubah, agar mengurangi risiko kelelahan dan cedera parah pada petinju.
Peraturan baru ini hanya memperbolehkan maksimal 12 ronde dalam sebuah pertandingan tinju. Ini bertujuan untuk memberikan perlindungan lebih kepada para petinju dan mencegah insiden serupa terjadi di masa depan. Selain itu, perubahan aturan ini juga disambut oleh organisasi tinju lainnya seperti WBC dan IBF sebagai tindakan preventif untuk menghindari tragedi yang tidak perlu.
Pergantian aturan ini juga memberikan pesan penting kepada penggemar tinju bahwa keselamatan petinju adalah prioritas utama. Sebuah pertandingan tinju seharusnya menjadi ajang sparring yang sportif, bukan ajang kekerasan yang membahayakan nyawa para petinju. Maka dari itu, adanya perubahan aturan menjadi hal yang positif untuk mencegah insiden tragis seperti yang dialami Kim Duk-koo.
Tragedi tersebut tidak hanya merenggut nyawa Kim Duk-koo, tetapi juga membawa dampak buruk pada keluarganya dan orang-orang terdekatnya. Ibunya bahkan memilih bunuh diri tiga bulan setelah kepergiannya. Wasit pertarungan itu pun ikut mengakhiri hidupnya sendiri, menunjukkan betapa beratnya beban yang harus dipikul oleh orang-orang terlibat dalam insiden tersebut.
Perubahan aturan menjadi langkah yang tepat untuk menegaskan bahwa keselamatan menjadi prioritas utama dalam olahraga tinju. Hal ini juga menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, agar lebih waspada dan memperhatikan kondisi petinju selama pertarungan. Semoga perubahan aturan ini dapat mencegah insiden serupa terjadi di masa depan, sehingga seluruh pecinta tinju bisa menikmati pertandingan dengan aman dan nyaman.