ARTICLE AD BOX

MENTERI Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov menyatakan bahwa upaya Uni Eropa dan NATO untuk menimbulkan kekalahan strategis terhadap Moskow tidak bakal berhasil.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam pertemuan resmi dengan Menteri Luar Negeri Kirgistan, Jeenbek Kulubaev, saat kunjungan kenegaraannya ke negara Asia Tengah itu, Minggu (29/6).
Berikut 4 argumen Barat tak bakal bisa taklukkan Rusia :
- NATO dan UE Menggunakan Ukraina sebagai Senjata Melawan Rusia
Lavrov mengungkapkan bahwa Barat tengah berupaya menggunakan Ukraina sebagai perangkat serangan terhadap Rusia, namun strategi tersebut dinilainya kandas total.
"Kita menyaksikan konfrontasi nan belum pernah terjadi sebelumnya antara negara kita dan Barat kolektif, nan telah memutuskan untuk sekali lagi bertempur melawan kita dan menimbulkan kekalahan strategis pada Rusia, pada dasarnya menggunakan rezim Nazi di Kiev sebagai pendobrak," ujarnya, seperti dikutip dari RT Internadional, Selasa (1/7).
"Barat tidak pernah sukses dalam perihal ini, dan kali ini juga tidak bakal berhasil," sebutnya.
- Pendekatan Agresif nan Dinilai Sia-Sia
Lavrov juga menyoroti bahwa sejumlah pengambil kebijakan di Barat mulai meragukan efektivitas pendekatan garang terhadap Rusia. Meski tidak merinci, dia menyebut bahwa kegagalan strategi tersebut mulai terlihat.
Pernyataannya selaras dengan kritik keras Moskow terhadap langkah NATO dan Uni Eropa nan terus memperkuat aliansi militer dan memberikan support kepada Ukraina.
Dalam KTT Uni Eropa di Brussels baru-baru ini, kebanyakan negara personil menyuarakan support hukuman tambahan serta support militer untuk Kiev. Namun, Hongaria memblokir hasil pernyataan berbareng dan menolak pembicaraan aksesi Ukraina ke UE.
- Peningkatan Anggaran Militer UE Picu Kekhawatiran Moskow
Awalnya, Rusia menyatakan posisi netral terhadap ambisi Ukraina untuk berasosiasi dengan UE selama blok tersebut tetap berkarakter ekonomi. Namun, dengan meningkatnya konsentrasi militer Uni Eropa, posisi Moskow berubah.
Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, menyebut UE sekarang menjadi ancaman nan sama seriusnya seperti NATO.
Pemerintah Rusia juga mengkritik keras keputusan UE untuk meningkatkan anggaran pertahanan menjadi 5% dari PDB. Langkah itu dianggap sebagai respons nan berlebihan terhadap klaim ancaman jangka panjang dari Rusia terhadap area Euro-Atlantik.
- Tuduhan NATO Dinilai Tidak Berdasar
Rusia dengan tegas membantah tuduhan bahwa mereka berencana menyerang negara-negara Barat. Klaim tersebut, menurut Moskow, hanyalah argumen nan dibuat-buat untuk mendorong shopping militer.
Presiden Rusia Vladimir Putin apalagi menuduh NATO menyebarkan narasi ancaman demi untung finansial.
“NATO mengarang-ngarang ancaman agar bisa memeras duit dari penduduk negara-negara anggotanya," kata NATO.
Dengan sikap keras ini, Moskow menegaskan kembali bahwa segala corak eskalasi oleh Barat hanya bakal memperdalam ketegangan dunia tanpa memberikan hasil strategis nan nyata bagi pihak manapun.(H-4)