Ahmad Luthfi Bakal Perluas Produksi Beras Rendah Karbon Di Jawa Tengah

Sedang Trending 18 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

librosfullgratis.com, Surakarta Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi bakal memperkuat kerja sama dengan negara-negara Uni Eropa untuk memperluas produksi beras rendah karbon di wilayahnya. Ia menyebut, perihal itu untuk memitigasi perubahan suasana nan menakut-nakuti ketahan pangan.

"Hari ini untuk menindaklanjuti hubungan nan saat ini sudah kita lakukan. Ke depan hubungan ini bakal dilanjutkan kembali,” ujar Luthfi.

"Fokus dari aktivitas hari ini, support Jawa Tengah dalam mewujudkan swasembada pangan melalui beras rendah karbon," jelasnya.

Luthfi pun membeberkan, luas tanam padi di Jawa Tengah pada tahun 2024 sekitar 1,5 juta hektare dengan hasil produksi mencapai 8,8 juta ton gabah kering giling.

"Jumlah itu berkontribusi untuk stok pangan nasional sebesar 16,73%, tahun 2025 ini sasaran hasil produksi padi di Jateng adalah 11,8 juta ton," bebernya.

Sebagai infomrasi, program low carbon rice di Jawa Tengah sudah dilaksanakan sejak 2022 di Boyolali, Klaten, dan Sragen. Implementasinya melalui program SWITCH-Asia Low Carbon Rice, ialah menghubungkan antara petani dengan penggilingan padi kecil, pasar alias konsumen seperti restoran, hotel, dan lainnya.

Di Klaten, total wilayah nan dipanen mencapai 100 hektare dengan potensi produksi sekitar 600 ton gabah. Panen ini jadi contoh keberhasilan program low carbon rice, lantaran sukses menurunkan emisi karbon hingga 80%, mengurangi biaya giling hingga 30-40%, serta memperbaiki kualitas hasil panen.

Implementasi lainnya adalah mendorong transisi pertanian berkelanjutan. Transisi ini dilakukan dengan mengganti mesin penggilingan padi berbahan bakar solar menjadi mesin penggilingan padi listrik, mengurangi pupuk kimia, dan mengoptimalkan penggunaan air.

Perluas Program Low Carbon Rice

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah, Dyah Lukisari mengatakan, untuk memperluas program low carbon rice, salah satu caranya adalah menggandeng CSR dari perusahaan.

"Saat ini nan sudah melakukan intervensi mengenai program ini adalah Bank Indonesia, ada enam kabupaten selain Klaten, Boyolali, dan Sragen," katanya.

Dyah pun mengungkapkan, nilai investasi untuk konversi mesin penggilingan padi dari bahan bakar solar ke listrik rata-rata sekitar Rp250 juta-Rp300 juta untuk satu titik.

"Jadi CSR Bank Indonesia di enam titik itu mencapai sekitar Rp1,8 miliar. Mesin penggilingan padi itu ditempatkan di Demak, Jepara, Kudus, Kota Semarang, Kabupaten Semarang," ungkapnya.

Dyah berharap, ke depan mesin nan digunakan tidak lagi listrik, karena listrik tetap memakai daya dari fosil.

"Hal itu sesuai dengan pengarahan dari Gubernur Ahmad Luthfi agar mengupayakan konversi mesin dengan sumber daya dari tenaga surya," ujarnya.

"Nanti bakal dicoba 1-2 pilot mesin penggilingan dengan tenaga surya, tetap kami telaah juga soal ini," jelas Dyah.

Seperti diketahui, Pemprov Jawa Tengah bakal memperkuat kerja sama dengan 12 negara Uni Eropa antara lain Austria, Siprus, Jerman, Belanda, Spanyol, Swedia, Belgia, Denmark, Finlandia, Lithuania, dan Polandia.

(*)