Antam Pimpin Transformasi Energi Lewat Ekosistem Baterai Ev

Sedang Trending 9 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX
Antam Pimpin Transformasi Energi Lewat Ekosistem Baterai EV Ilustrasi(Antara)

PT Aneka Tambang Tbk (Antam) berbareng Indonesia Battery Corporation (IBC) memimpin transformasi daya dengan memperkuat peran strategis dalam pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) nasional. 

Bersama perusahaan asal Tiongkok ialah CATL dan Brunp, dan Lygend (CBL) nan merupakan produsen baterai kendaraan listrik terbesar di dunia, Antam dan IBC tengah membangun serangkaian proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi dari hulu ke hilir. Proyek ini resmi dimulai melalui seremoni peletakan batu pertama oleh Presiden Prabowo Subianto pada Sabtu (29/6) di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH), Karawang.

Dalam sambutannya, Prabowo menegaskan pembangunan ekosistem industri baterai terintegrasi adalah langkah nyata untuk mewujudkan visi besar hilirisasi nasional nan telah digaungkan sejak era Soekarno.

"Cita-cita hilirisasi ini telah lama diusung sejak Bung Karno. Presiden-presiden berikutnya terus melanjutkan langkah ini, dan kita mengambil lompatan besar menuju industrialisasi nan berbobot tambah tinggi,” ujarnya pada pekan lalu.

Kepala Negara juga menyebut proyek ini menjadi salah satu nan terbesar di Asia Tenggara, mencerminkan kesungguhan Indonesia dalam mendorong daya bersih.

Pada fase pertama, pabrik ini bakal mempunyai kapabilitas produksi sebesar 6,9 gigawatt hour (GWh) dan ditargetkan mulai beraksi pada akhir 2026. Kapasitas ini bakal ditingkatkan menjadi total 15 GWh pada fase kedua, alias setara dengan baterai untuk sekitar 300.000 unit mobil listrik. 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menambahkan, proyek ini menunjukkan tekad Indonesia sebagai negara pemilik sumber daya alam terbesar untuk beranjak ke daya berkelanjutan. Dia menjelaskan sasaran jangka menengah pemerintah adalah mengembangkan kapabilitas hingga 40 GWh, seiring meningkatnya permintaan pasar untuk baterai pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). 

Ekosistem industri ini meliputi proses dari hulu seperti tambang, smelter, precursor, katoda, hingga hilir seperti battery cell dan rotary kiln electric furnace (RKEF) alias teknologi pengolahan bijih nikel laterit untuk mendukung hilirisasi. Menurut Bahlil, proyek ini bakal membantu mengurangi ketergantungan impor, meningkatkan nilai tambah, dan memperkuat ekonomi daerah.

Integrasi Hulu-Hilir

Di sektor hulu, Antam dan CBL mendirikan perusahaan patungan untuk mengelola tambang nikel di Halmahera Timur. Mereka juga membangun pabrik RKEF dan HPAL (high pressure acid leach) alias teknologi pengolahan mineral laterit, khususnya bijih nikel dengan kadar rendah (limonit) untuk dijadikan sebagai bahan baku baterai EV. Selain itu, membangun Kawasan Industri Buli (KIB) nan dilengkapi daya bersih, sistem air terpadu, dan pusat kendali berbasis cloud.

Direktur Utama Antam Achmad Ardianto menjelaskan pabrik RKEF mengangkat teknologi pemurnian feronikel otomatis pertama di bumi nan dikembangkan Brunp. Pabrik ini mempunyai kapabilitas 88 ribu ton nikel per tahun, dengan efisiensi daya nan tinggi dan emisi rendah.

“Kami berkomitmen membangun ekosistem baterai listrik nan sesuai dengan prinsip environmental, social, and governance (ESG),” tegas Ardianto.

Sementara itu, pabrik HPAL nan dibangun di letak sama mempunyai kapabilitas 55 ribu ton nikel per tahun dan menggunakan teknologi generasi ketiga dengan kreasi bertingkat untuk memanfaatkan gravitasi alami dalam aliran material. Antam menargetkan akomodasi ini menjadi pionir dalam produksi daya hijau berbasis mineral strategis.

Pabrik Sel Baterai

Di Karawang, IBC dan CBL membangun pabrik sel baterai lithium sebagai bagian dari ekosistem terintegrasi, termasuk pabrik prekursor, katoda, dan akomodasi daur ulang baterai. Direktur Utama IBC Toto Nugroho menjelaskan akomodasi pabrik di Karawang bakal memproses 16 ribu ton nikel sulfat per tahun dan menghasilkan 30 ribu ton prekursor serta 30 ribu ton material aktif katoda.

Selanjutnya, bahan separuh jadi dari Halmahera Timur bakal dialirkan ke Karawang untuk diproses menjadi sel baterai. Pabrik sel baterai tahap pertama dirancang mempunyai kapabilitas hingga 15 GWh dalam lima tahun. Produksi dijadwalkan dimulai pada 2026, mencakup kebutuhan kendaraan listrik dan sistem penyimpanan daya (Battery Energy Storage System/BESS), baik untuk pasar domestik maupun ekspor.

"Hal ini bakal mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku katoda dan meningkatkan nilai tambah nikel dalam negeri,” imbuh Toto.

IBC merupakan perusahaan patungan BUMN nan bergerak di ekosistem baterai EV terdiri dari PT Pertamina (Persero), MIND ID, dan PT PLN (Persero) berbareng CBL, menargetkan pabrik Karawang sebagai ASEAN Regional Hub untuk penyediaan baterai kendaraan listrik dan BESS di kawasan.

Fasilitas Daur Ulang

Di satu sisi, IBC juga menghadirkan pabrik daur ulang dengan kapabilitas 20 ribu ton baterai jejak per tahun. Fasilitas ini diklaim bisa memulihkan lebih dari 95% logam berharga, mendukung prinsip ekonomi sirkular, dan mengurangi jejak karbon secara signifikan.

"Daur ulang adalah kunci keberlanjutan. Baterai nan selesai tugasnya hari ini kudu kembali menjadi sumber daya besok hari,” ujar Toto.

Dengan rangkaian proyek strategis ini, Antam dan IBC berambisi Indonesia dapat tampil sebagai pemain utama dalam industri baterai global, tidak hanya sebagai penyedia bahan mentah, tetapi sebagai produsen teknologi tinggi nan memberi nilai tambah berkelanjutan. (E-4)