As Jatuhkan 'bom' Terbesar Ke Iran, Teheran Siap Melawan

Sedang Trending 20 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, librosfullgratis.com - Amerika Serikat (AS) kembali menjatuhkan hukuman besar terhadap Iran, kali ini menargetkan lebih dari 100 individu, perusahaan, dan kapal laut nan disebut sebagai bagian dari jaringan pengiriman minyak dunia nan dikendalikan family dekat pemimpin tertinggi Iran.

Departemen Keuangan AS pada Rabu (30/7/2025) mengumumkan hukuman terhadap 115 entitas dan perseorangan nan disebut terlibat dalam penghindaran hukuman minyak Iran dan Rusia. Paket ini disebut sebagai "tindakan terbesar mengenai Iran sejak 2018".

"Jaringan ini mengangkut minyak dan produk minyak bumi dari Iran dan Rusia ke pembeli di seluruh dunia, menghasilkan untung puluhan miliar dolar," kata Departemen Keuangan dalam pernyataan resmi, seperti dikutip Al Jazeera, Kamis (31/7/2025).

Jaringan nan dimaksud dikendalikan oleh Mohammad Hossein Shamkhani, putra Ali Shamkhani, penasihat politik senior Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Hossein disebut memanfaatkan struktur perusahaan fronting nan kompleks untuk menjalankan operasionalnya tanpa terdeteksi.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa hukuman ini menjadi bukti gimana elit Iran menggunakan kekuasaan mereka demi kepentingan pribadi.

"Kekaisaran pelayaran family Shamkhani menyoroti gimana elit rezim Iran memanfaatkan posisi mereka untuk mengumpulkan kekayaan besar dan mendanai perilaku rawan rezim tersebut," ujar Bessent.

Departemen Keuangan juga mengungkap bahwa family Shamkhani menguasai sebagian besar ekspor minyak mentah Iran. Meskipun Ali Shamkhani sudah dikenai hukuman sejak 2020, mereka tetap leluasa menjalankan upaya dunia berkah kepemilikan properti eksklusif dan paspor asing.

"Lapisan perusahaan depan nan tampak tidak rawan dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan jaringan Shamkhani memungkinkan untung besar mengalir tanpa pengawasan eksternal," tulis lembaga tersebut.

Sanksi ini mencakup 15 perusahaan pelayaran, 52 kapal, 12 individu, dan 53 entitas lain di 17 negara termasuk Panama, Italia, dan Hong Kong. Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa langkah ini bakal membikin Iran "jauh lebih sulit" untuk menjual minyaknya, meski diperkirakan tidak mengganggu pasar minyak dunia secara signifikan.

China diketahui sebagai pembeli utama minyak Iran saat ini, meskipun dalam pernyataan resmi, pemerintah AS tidak secara langsung menyebut negara tersebut sebagai sasaran sanksi.

Sementara itu, ahli bicara Kementerian Luar Negeri Iran menyebut hukuman ini sebagai "contoh nyata permusuhan Amerika terhadap bangsa Iran", menurut laporan Iranian Student News Agency (ISNA).

Menanggapi situasi nan memanas, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi memperingatkan bahwa setiap agresi baru terhadap Iran bakal memicu jawaban nan tegas.

"Iran, negara dengan budaya 7.000 tahun, tidak bakal pernah tunduk pada bahasa ancaman dan intimidasi. Jika agresi terulang, kami tidak bakal ragu untuk bereaksi dengan langkah nan lebih tegas dan TIDAK MUNGKIN untuk ditutup-tutupi," tulis Araghchi melalui akun X.

Ia juga memperingatkan bahwa Iran telah berinvestasi besar dalam pengembangan teknologi pertahanan dalam negeri nan tidak bisa diabaikan oleh pihak asing. "Tidak ada orang waras nan bakal mengabaikan hasil investasi besar dalam teknologi tenteram nan menyelamatkan nyawa," katanya.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sah! Trump Resmi Cabut Semua Sanksi Terhadap Suriah