ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Anggota DPR RI Bambang Soesatyo, menuturkan besarnya potensi perdagangan karbon di Indonesia. Tidak hanya sebagai instrumen pengurangan emisi gas rumah kaca, tetapi juga sebagai kesempatan ekonomi nan dapat mendukung pembangunan berkelanjutan.
Menurutnya, melalui pengembangan sistem perdagangan karbon nan transparan dan terstandarisasi, Indonesia dapat mengubah tantangan perubahan suasana menjadi kesempatan ekonomi, sekaligus memberikan kontribusi nyata dalam upaya dunia mitigasi perubahan iklim.
"Dengan support izin nan tepat dan mengambil teknologi inovatif seperti blockchain, Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon) berpotensi mengintegrasikan pasar lokal ke dalam pasar global. Namun, untuk mengoptimalkan potensi ini, perlu dilakukan penyesuaian regulasi, peningkatan kualitas proyek karbon, dan kerjasama erat antar pemangku kepentingan," ujar Bamsoet, dalam keterangannya Minggu (16/3/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu dia sampaikan usai menerima perwakilan INAmikro dan Bright Star Capital Indonesia di Jakarta hari ini.
Ketua MPR RI ke-15 ini menjelaskan, Indonesia telah mengintegrasikan perdagangan karbon melalui IDX Carbon, bursa nan diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK) dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14 Tahun 2023 (POJK 14/2023).
Selain itu, kata dia, Indonesia telah meratifikasi beragam perjanjian internasional, seperti UNFCCC, Protokol Kyoto, dan Paris Agreement, serta mengambil langkah progresif dengan mengimplementasikan sistem perdagangan karbon.
Berbeda dengan bursa internasional nan memperlakukan unit karbon sebagai komoditas, IDX Carbon mengklasifikasikan unit karbon sebagai efek. Pendekatan ini memungkinkan perdagangan derivatif, sehingga menawarkan elastisitas lebih bagi pelaku pasar dalam mengelola aset karbon.
"Sejak peluncurannya, IDX Carbon telah menunjukkan pertumbuhan signifikan. Hingga Januari 2025, total volume perdagangan mencapai sekitar 1,13 juta ton CO₂ ekuivalen dengan nilai transaksi mencapai Rp 58,86 miliar. Jumlah partisipan juga meningkat dari 16 pada awal peluncuran menjadi 104 pengguna jasa," kata Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menambahkan, Indonesia dengan luas rimba lebih dari 130 juta hektar, mempunyai potensi besar dalam menghasilkan angsuran karbon.
Lebih lanjut, tambah Bamsoet, Presiden Prabowo Subianto telah berencana untuk meluncurkan biaya ekonomi hijau dengan menjual angsuran emisi karbon dari proyek-proyek seperti pelestarian rimba hujan, reforestasi, serta rehabilitasi lahan gambut dan mangrove, dengan sasaran USD 65 miliar hingga tahun 2028.
"Perdagangan karbon menawarkan kesempatan ekonomi nan signifikan bagi Indonesia. Misalnya, dengan mengikuti jejak Uni Eropa melalui sistem Perdagangan Karbon Uni Eropa (EU ETS), Indonesia dapat memberikan dorongan bagi investasi hijau dan teknologi ramah lingkungan. EU ETS telah menghasilkan untung nan totalnya mencapai 184 miliar Euro, sekaligus mengatur sekitar 11.300 instalasi nan terlibat dalam perdagangan karbon," ucap Bamsoet.
Sebagai informasi, dalam aktivitas tersebut datang antara lain Perwakilan INAmikro Debbie Sianturi, Rachel Sianipar dan Linda Soemadi, serta perwakilan Bright Star Capital Indonesia Rollyta Manullang.
(anl/ega)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu