ARTICLE AD BOX

PARA pemimpin NATO, termasuk Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, telah menyepakati peningkatan besar dalam pengeluaran pertahanan. Namun, info terbaru menunjukkan nyaris sepertiga dari 32 negara personil belum bisa memenuhi sasaran pengeluaran sebelumnya.
Kesepakatan terbaru menargetkan setiap negara mengalokasikan 5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka untuk "pertahanan inti" serta sektor-sektor mengenai keamanan. Padahal, sasaran sebelumnya hanya 2% dari PDB dan sembilan negara personil tetap belum mencapainya.
Trump secara terbuka mengkritik negara-negara nan pengeluarannya paling rendah. Dia menyebut Spanyol sebagai negara nan terkenal lantaran rendahnya kontribusi terhadap pertahanan aliansi.
Rachel Ellehuus dari lembaga penelitian pertahanan RUSI menyoroti bahwa terdapat perbedaan anggaran berasas letak geografis.
“Sekutu nan lebih dekat dengan ancaman Rusia di bagian utara dan timur condong membelanjakan lebih banyak, sedangkan negara di selatan justru berada di bawah target,” ujarnya seperti dikutip BBC News, Selasa (1/7).
Butuh tekanan politik
Target pengeluaran 2% tidak berkarakter mengikat secara hukum, sehingga tidak ada hukuman umum bagi negara nan tidak mencapainya.
Tekanan politik menjadi perangkat utama, terutama dari Presiden Trump nan sebelumnya mengaku pernah berbicara kepada salah satu pemimpin NATO bahwa dia tidak bakal memihak negara nan kandas bayar kewajibannya, apalagi menyarankan agar musuh melakukan apa pun nan mereka inginkan.
“Tak ada nan mau dicap sebagai sekutu jelek lantaran kandas memenuhi target,” kata Jamie Shea, mantan pejabat NATO nan sekarang di Chatham House.
Meski tidak semua negara telah mencapai 2%, nyaris semua telah meningkatkan anggaran pertahanan mereka sejak 2014.
NATO mencatat bahwa pengeluaran kolektif negara personil (di luar AS) naik dari 1,4% PDB pada 2014 menjadi 2% pada 2024.
Dia menekankan perlunya efisiensi dalam pengeluaran, bukan sekadar jumlah duit nan dibelanjakan.
“Spanyol berdasar bahwa terlalu banyak perhatian diberikan pada jumlah dana, padahal nan lebih krusial adalah kemampuan,” ujar Shea.
Spanyol jadi sorotan
Spanyol tercatat sebagai pembelanja pertahanan terendah di NATO dengan hanya 1,2% dari PDB pada 2024.
Perdana Menteri Pedro Sanchez menargetkan mencapai 2,1% pada akhir 2025, meskipun menghadapi tindakan protes domestik atas kebijakan itu.
Namun dia mengakui bahwa situasi geopolitik saat ini membikin persepsi publik mulai berubah.
"Target 5% sebagai kondisi tidak sesuai dengan pandangan bumi kami," kata Sanchez.
Mulai kejar target
Sembilan negara belum memenuhi sasaran 2% pada 2024, namun sebagian besar telah berkomitmen untuk mencapainya:
- Kanada: Menghabiskan 1,5% pada 2024, dijanjikan bakal mencapai 2% pada Maret 2025.
- Belgia: Meningkatkan shopping dengan tambahan €4 miliar tahun ini untuk mengejar target.
- Portugal: Telah memajukan agenda ke 2024 dari sebelumnya 2028.
- Italia: Menargetkan 2% tahun ini, naik dari 1,5% pada 2024.
Amerika pembelanja terbesar
Dalam perihal nominal, Amerika Serikat tetap menjadi penyumbang terbesar anggaran pertahanan NATO dengan pengeluaran sebesar $935 miliar alias 3,2% dari PDB-nya. Jumlah itu nyaris dua kali lipat dari campuran pengeluaran semua personil NATO lainnya.
Meski secara persentase turun dari 3,7% pada 2014, AS tetap mendominasi.
Di luar AS, Polandia memimpin dengan pengeluaran sebesar 4,1% dari PDB, diikuti oleh Estonia dan Latvia masing-masing 3,4%.
Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte memuji Trump atas tekanannya terhadap aliansi.
Dalam unggahan nan dibagikan Trump di platform Truth Social, disebutkan bahwa Eropa bakal bayar dengan langkah nan besar, sebagaimana mestinya dan itu bakal menjadi kemenangan. (Fer/I-1)