ARTICLE AD BOX
Demonstrasi di London, Inggris, memanas. Setidaknya, 26 orang polisi terluka dan 25 orang pendemo ditangkap saat demonstrasi nan diinisiasi aktivis sayap kanan, Tommy Robinson, digelar di pusat kota London.
Dilansir BBC, Minggu (24/9/2025), demonstrasi itu diikuti hingga 150.000 orang. Ketegangan meningkat dalam demonstrasi 'Unite the Kingdom'. Beberapa pengunjuk rasa melemparkan botol dan peralatan lainnya ke arah polisi.
Kepolisian Metropolitan menyebut ada empat orang nan terluka parah. Miliarder teknologi Elon Musk juga berbincang kepada para pengunjuk rasa di Whitehall melalui tautan video, sementara 5.000 orang berasosiasi dalam protes jawaban di dekatnya nan diorganisir oleh Stand Up To Racism.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepolisian mengatakan 25 orang telah ditangkap lantaran beragam pelanggaran dalam apa nan mereka gambarkan sebagai kekerasan nan 'sama sekali tidak dapat diterima'. Operasi kepolisian besar-besaran dilakukan di pusat kota London dengan 1.000 petugas nan dikerahkan. Ada 500 petugas tambahan dari kepolisian lain termasuk Leicestershire, Nottinghamshire, serta Devon dan Cornwall.
Asisten Komisaris Kepolisian setempat, Matt Twist, mengatakan para petugas telah mengawasi tanpa rasa takut alias pilih kasih. Twist mengatakan petugas nan terluka mengalami patah gigi, gegar otak, prolaps diskus, cedera kepala, dan kemungkinan patah hidung.
"Tidak diragukan lagi bahwa banyak nan datang untuk menggunakan kewenangan mereka nan sah untuk berunjuk rasa, tetapi banyak juga nan datang dengan niat melakukan kekerasan. 25 penangkapan nan telah kami lakukan sejauh ini hanyalah permulaan," katanya sembari berjanji untuk mengidentifikasi orang-orang nan terlibat dalam kerusuhan.
Menteri Dalam Negeri Inggris, Shabana Mahmood, mengutuk orang-orang nan telah menyerang dan melukai petugas. Dia menegaskan pihak nan melakukan penyerangan bakal dihukum.
"Siapa pun nan terlibat dalam aktivitas pidana bakal menghadapi balasan berat," ujarnya.
Sekitar sore hari, kedua demonstrasi di Whitehall dipisahkan oleh barisan petugas polisi. Meskipun demonstrasi sebagian besar dimulai dengan damai, Kepolisian Metropolitan mengatakan beberapa petugas telah diserang saat mencoba memisahkan kedua kelompok.
Polisi mengatakan protes 'Unite the Kingdom' disebut telah 'melebihi perkiraan penyelenggara'. Hal itu berfaedah tidak ada cukup ruang bagi mereka semua di Whitehall (jalanan di pusat London) dan Parliament Square.
Kerumunan besar telah mengabaikan pengarahan polisi dan mencoba masuk ke area kondusif dan tempat-tempat nan ditempati oleh mereka nan berperan-serta dalam protes 'Stand Up To Racism'.
Petugas nan turun tangan disebut telah diserang dengan tendangan dan pukulan. Polisi anti huru-hara, kuda, dan anjing telah digunakan untuk memisahkan kelompok-kelompok nan berseberangan.
Orang-orang memanjat pagar dan pembatas di sekitar Whitehall nan membahayakan diri mereka sendiri dan orang lain.
Tuntutan Pendemo
Inisiator demo, Tommy Robinson, nan nama aslinya adalah Stephen Yaxley-Lennon telah berbincang kepada kerumunan di 'festival kebebasan berbicara' di mana dia mengkritik para politisi lantaran hanya mengulang-ulang gagasannya. Dia juga menyatakan pengadilan Inggris telah memutuskan bahwa hak-hak migran tanpa arsip lebih tinggi daripada hak-hak 'komunitas lokal'.
Bulan lalu, Pengadilan Banding membatalkan perintah nan memblokir pencari suaka nan ditempatkan di The Bell Hotel di Epping, Essex. Sementara, Elon Musk nan bicara lewat video menyebut 'migrasi besar-besaran telah tak terkendali' dan menyerukan 'pergantian pemerintahan' di Inggris.
"Sesuatu kudu dilakukan. Parlemen kudu dibubarkan dan pemungutan bunyi baru kudu diadakan," kata Musk saat diwawancarai oleh Robinson.
(haf/imk)