Denny Ja Perkenalkan Panduan Hidup Spiritual Di Tengah Kemajuan Teknologi Ai

Sedang Trending 3 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

librosfullgratis.com, Jakarta - Pendiri Forum Kreator Era AI (KEAI), Denny JA, memperkenalkan The Six Golden Principles of Spirituality in the Era of AI. Prinsip-prinsip ini dirancang sebagai pedoman bagi manusia dalam menghadapi perubahan besar nan dibawa oleh era kepintaran buatan (AI), seraya tetap menjaga pencarian makna hidup nan universal.

Menurut Denny, spiritualitas di era AI kudu menjadi keahlian hidup nan relevan dengan kebutuhan zaman. Ia mencontohkan perkembangan di Silicon Valley, di mana perusahaan seperti Google mempromosikan mindfulness dan meditasi untuk membantu perseorangan menemukan jarak di tengah derasnya penemuan teknologi.

“Di era ini, spiritualitas tidak lagi sekadar milik kepercayaan tertentu, tetapi menjadi jembatan universal antara kebutuhan batiniah manusia dan tuntutan bumi modern,” ujar Denny nan merupakan pendiri LSI Denny JA tersebut dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (21/12).

Berikut adalah enam prinsip emas nan dirumuskan Denny JA setelah lebih dari 30 tahun mempelajari ilmu jiwa positif, neuroscience, dan tradisi beragam agama:

Pertama, Mengutamakan Persamaan Manusia, Bukan Perbedaannya. Denny menekankan, persamaan antar manusia lebih esensial dibandingkan perbedaan nan muncul dari kepercayaan alias keyakinan. Agama-agama besar bumi hanya datang di ujung sejarah manusia, sementara pencarian spiritual telah berjalan ribuan tahun sebelumnya.

“Dasar dari semua kepercayaan adalah sama: mencari makna, merawat kehidupan, dan menjawab misteri eksistensi. Ini adalah fondasi harmoni nan kudu kita bangun di era teknologi,” ujarnya.

Kedua, Warisan Agama Sebagai Kekayaan Budaya Bersama. Lebih dari 4.200 kepercayaan di bumi adalah warisan budaya manusia nan mengandung pesan universal tentang cinta, belas kasih, dan kebijaksanaan. Denny mengajak, masyarakat untuk menyaring prinsip aliran kepercayaan demi membangun jembatan antariman, tanpa menghilangkan keberagaman.

“Hidup spiritual adalah langkah merayakan perbedaan sebagai kekayaan bersama,” tambahnya.

Ketiga, Kebahagiaan dan Makna Hidup melalui Sains. Spiritualitas sekarang diperkuat oleh sains, terutama melalui riset ilmu jiwa positif dan neuroscience. Denny merumuskan, formula 3P + 2S (Personal Relationship, Positivity, Passion, Small Winning, dan Spirituality) sebagai peta menuju hidup nan bermakna.

“Kebahagiaan adalah perjalanan, bukan tujuan akhir. Ini adalah kewenangan kolektif manusia nan dapat dicapai melalui kesadaran diri,” kata Denny JA.

Keempat, Tafsir Agama nan Selaras dengan Hak Asasi Manusia. Di era ini, tafsir kepercayaan tidak lagi menjadi domain eksklusif otoritas tertentu. AI memungkinkan eksplorasi mendalam terhadap beragam tafsir agama, memberikan kebebasan bagi perseorangan untuk memilih tafsir nan mempromosikan pengetahuan pengetahuan, menghormati kewenangan asasi manusia, dan membawa kebahagiaan.

“AI adalah alat, tetapi kebijaksanaan tetap ada pada manusia. Tafsir nan betul adalah nan membikin bumi lebih baik bagi semua,” tegas Denny.

Kelima, Pemberdayaan Individu dalam Spiritualitas. Kemajuan teknologi mengurangi ketergantungan pada otoritas kepercayaan dan mendorong perseorangan untuk menemukan jalan spiritual mereka sendiri. Dengan perangkat seperti AI, manusia dapat mempelajari lintas teks dan sejarah kepercayaan untuk menentukan nilai-nilai spiritual nan relevan dengan kehidupan mereka.

“Era ini memanggil kita untuk menjadi pemimpin spiritual bagi diri sendiri, dengan tanggung jawab nan menyertainya,” tambahnya.

Keenam, Perayaan Hari Raya Aneka Agama secara Sosial. Denny memulai, tradisi merayakan hari raya lintas ketaatan sebagai corak seremoni sosial. Ia menekankan pentingnya datang sebagai sahabat untuk berbagi kebahagiaan, meski tidak mengikuti ritus kepercayaan nan berbeda.

“Tradisi ini mencerminkan bumi nan damai, di mana keberagaman adalah kekayaan nan layak dirayakan bersama,” jelasnya.