Diplomasi Indonesia-rusia, Di Mana Nu?

Sedang Trending 7 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX
MI/Seno MI/Seno(Dok. Pribadi)

HUBUNGAN diplomatik Indonesia-Rusia resmi berumur 75 tahun pada 3 Februari 2025. Menjelang peringatan tersebut, pertemuan Duta Besar Rusia Sergei Tolchenov dengan Menteri Agama RI Nasaruddin Umar, beberapa waktu nan lalu, menandakan kesungguhan Rusia dalam membangun kerja sama dengan Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim berbesar di dunia, apalagi Indonesia sudah resmi menjadi personil penuh BRICS.

Dalam beberapa tahun terakhir, kerja sama antara Rusia dan negara-negara Islam mengalami peningkatan nan signifikan. Hal itu terlihat dari beragam inisiatif diplomatik dan ekonomi nan dilakukan Rusia untuk memperkuat hubungan mereka dengan negara-negara muslim, termasuk Indonesia.

Nahdlatul Ulama (NU), sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, apalagi di dunia, telah aktif mempromosikan Islam moderat di tingkat dunia dan pada 2025 memperingati hari lahir ke-102. Menarik tentunya untuk membicarakan kesempatan strategis nan dimiliki Indonesia, dalam perihal ini Nahdlatul Ulama, dalam kerja sama dengan Rusia dalam konteks bumi muslim.

ISLAM DI RUSIA

Pengetahuan tentang kondisi Islam di Rusia saat ini krusial lantaran tetap banyak orang Indonesia tetap mengidentikkan Rusia dangan era Uni Soviet sebagai negara komunis. Cukup miris, apalagi tetap banyak orang Indonesia nan tetap menyebut Rusia dengan Uni Soviet, menandakan bahwa tidak cukup pengetahuan update Rusia saat ini.

Mengutip temuan Mufti Rusia Ravi Gaitnutdin, dalam disertasinya, bahwa terjadi Renaisance of Islam di Rusia nan dimulai dengan pendemokrasian masyarakat Rusia pada 1990-an nan ditandai dengan legalisasi organisasi muslim dan kesempatan baru untuk berperan-serta dalam kehidupan publik dan peningkatannya dalam sosial politik Rusia.

Islam telah menjadi bagian integral dari masyarakat Rusia modern, apalagi sejak di bawah kepemimpinan Presiden Putin. Dengan lebih dari 20 juta muslim nan tinggal di negara tersebut, sekitar 15% dari total populasi Rusia, Islam sekarang menjadi kepercayaan terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks.

Lebih dari 40 golongan etnik muslim nan tersebar di beragam wilayah federasi Rusia, tersebar di beragam wilayah, dengan konsentrasi terbesar di area Kaukasus Utara (seperti Chechnya, Dagestan, dan Ingushetia), serta di wilayah Volga-Ural (seperti Tatarstan dan Bashkortostan).

Secara demografi, muslim di Rusia adalah masyarakat original nan telah lama menjadi bagian dari masyarakat Rusia, seperti suku Tatar, Chechnya, Dagestan, Ingushetia, dan Baskhir. Secara politik, pemerintah Rusia mengakui Islam sebagai bagian dari identitas nasional mereka.

Secara sosial budaya, umat Islam di Rusia lebih terintegrasi ke dalam masyarakat lokal lantaran sejarah panjang koeksistensi mereka dengan golongan nonmuslim.

Itu nan membedakan mereka dengan negara-negara Eropa lainnya, kebanyakan muslim nan ada adalah imigran alias keturunan imigran dari negara-negara kebanyakan muslim, seperti Turki (di Jerman), Afrika Utara (di Prancis), dan Asia Selatan (di Inggris). Masalah integrasi imigran muslim dengan masyarakat lokal menjadi masalah sosial dan memicu bentrok sosial politik antara imigran muslim dan masyarakat lokal.

RUSIA DAN DUNIA MUSLIM

Rusia mengembangkan platform kerja sama dengan bumi Islam melalui Grup Visi Strategis Rusia-Dunia Islam (Strategic Vision Group Russia-Islamic World) didirikan pada 2006 atas inisiatif Presiden Vladimir Putin.

Grup itu bermaksud mempererat hubungan antara Rusia dan negara-negara muslim di dunia, baik dalam bagian politik, ekonomi, budaya, maupun keamanan. Grup itu mencerminkan upaya strategis Rusia untuk memperkuat posisi mereka di bumi Islam, serta membangun kemitraan nan lebih erat dengan negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Grup itu melibatkan negara-negara personil Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), nan terdiri dari 57 negara kebanyakan muslim di beragam kawasan, tidak terkecuali Indonesia.

Rusia sangat aktif merespons isu-isu aktual di kalangan bumi muslim seperti kejadian Islamofobia, support kemerdekaan Palestina, propaganda LGBT, dan peristiwa pembakaran Al-Qur’an, serta pelecehan karikatur Nabi Muhammad.

Muslim di Rusia bukanlah organisasi imigran baru, melainkan golongan masyarakat original nan telah hidup berdampingan dengan etnik lain selama berabad-abad. Hal itu membikin Islam menjadi bagian nan diterima dalam sejarah dan budaya Rusia, itulah aspek nan bisa menjelaskan kenapa tidak ada Islamofobia di Rusia.

Rusia juga tegas menyatakan support terhadap kemerdekaan Palestina. Jauh sebelum krisis politik nan baru saja terjadi, Presiden Putin telah menyampaikan dukungannya melalui pesan kepada Mahmoud Abbas pada Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina, 29 November 2020, bahwa Rusia bakal terus mendukung upaya rakyat Palestina untuk mewujudkan aspirasi mereka, termasuk pembentukan negara Palestina nan merdeka dan berdaulat.

Di Rusia sendiri, orang-orang Yahudi hidup berdampingan dengan Islam dan Kristen Ortodoks, dan dalam beberapa perihal Rusia dan Israel mempunyai hubungan perdagangan nan signifikan, terutama di sektor teknologi tinggi, agrikultur, dan energi. Israel dikenal dengan penemuan teknologi, sementara Rusia mempunyai sumber daya alam nan melimpah. Rusia juga secara tegas melarang propaganda LGBT melalui Undang-Undang Federal No 135 Federasi Rusia, nan disahkan pada 2013.

Pemerintah Rusia mengeklaim bahwa undang-undang ini bermaksud melindungi nilai-nilai tradisional Rusia, termasuk family heteronormatif, pernikahan antara laki-laki dan wanita, serta peran kelamin tradisional. Rusia secara historis mempunyai budaya konservatif nan kuat, terutama dipengaruhi Gereja Ortodoks Rusia, nan menentang homoseksualitas.

Tindakan seperti pembakaran kitab suci alias pelecehan simbol kepercayaan dapat dihukum berasas undang-undang nan lebih luas mengenai dengan perlindungan agama, penghinaan terhadap kepercayaan agama, dan pencegahan ekstremisme. Tindakan seperti pembakaran kitab suci, penghinaan simbol agama, alias pelecehan terhadap kepercayaan keagamaan dapat dihukum berasas beberapa pasal dalam norma pidana Rusia.

Setidaknya gambaran di atas cukup menjadi referensi gimana posisi Rusia nan aktif dalam membangun hubungan dengan bumi muslim. Referensi nan cukup untuk Indonesia dalam membangun kerja sama dengan Rusia dalam konteks bumi muslim.

POTENSI KERJA SAMA

Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia mempunyai peran krusial dalam membangun kerja sama dalam kerangka bumi Islam dalam mempromosikan nilai-nilai moderasi dan toleransi dalam memerangi radikalisme agama. Dengan pengalaman dalam mengelola keragaman suku dan agama, Indonesia dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam membangun moderasi beragama. Mengatasi radikalisme kepercayaan memerlukan pendekatan multidimensional nan melibatkan pemerintah, masyarakat sipil, lembaga pendidikan dan organisasi internasional.

Dalam perihal itu, Indonesia mempunyai potensi mengembangkan kerja sama dengan Rusia, sebagai negara nan berpengaruh kuat di dunia. Mengapa dengan Rusia, ini menjadi pertanyaan nan menarik.

Pertama, Islam di Rusia dan Indonesia mempunyai beberapa kesamaan dalam sejarah, keragaman, tradisi, serta tantangan di antara organisasi muslim di kedua negara. Kedua negara menerima Islam melalui perdagangan dan hubungan budaya daripada melalui penaklukan militer. Pengenalan Islam di Rusia dan Indonesia juga terjadi dengan langkah tenteram dengan asimilasi budaya lokal secara bertahap. Muslim di kedua negara muncul secara organik, nan merupakan etnik lokal dan muslim.

Mayoritas muslim di Rusia Sunni dengan ajaran Hanafi, tetapi ada juga nan beraliran Syafi’i seperti di Indonesia di Kaukasus Utara. Selain itu, praktik Islam di Rusia sering kali bercampur dengan budaya istiadat lokal, terutama di kalangan orang Tatar dan Bashkir. Sebagian besar muslim di Indonesia juga Sunni dengan kebanyakan beraliran Syafi’i.

Tradisi Islam di Indonesia sangat dipengaruhi budaya lokal seperti wayang, gamelan, dan praktik keagamaan lainnya. Kedua negara menggambarkan pluralisme dalam praktik Islam nan dipengaruhi budaya lokal. Itu adalah bukti elastisitas kontekstualisasi budaya Islam di setiap masyarakat.

Kedua negara juga menghadapi tantangan dalam menjaga harmoni sosial antara organisasi muslim dan golongan lainnya. Keduanya menunjukkan adanya hubungan nan kompleks antara organisasi muslim dan pemerintah dalam perihal kebijakan keagamaan. Meskipun berbeda secara jumlah, baik Rusia maupun Indonesia mempunyai populasi muslim nan signifikan dalam konteks regional masing-masing. Putin pernah menyatakan, "Islam adalah bagian integral dari sejarah Rusia," dan menegaskan pentingnya keberadaan organisasi muslim dalam membangun kerukunan nasional.

Presiden Ke-4 Indonesia Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menekankan pentingnya pluralisme dalam Islam Indonesia, dengan mengatakan, "Islam Nusantara adalah contoh gimana kepercayaan dapat hidup berdampingan dengan kebudayaan lokal." Islam Nusantara adalah sebuah konsep nan menggambarkan gimana Islam berkembang di Indonesia dengan karakter nan khas, ialah berakar pada aliran Islam, tetapi beradaptasi dengan budaya lokal Nusantara. Konsep itu menekankan pada harmoni antara kepercayaan dan tradisi lokal, serta nilai-nilai toleransi, pluralisme, dan perdamaian.

PERAN STRATEGIS NU

Sebagai organisasi Islam nan terbesar di dunia, NU mempunyai peranan krusial baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dalam beberapa dasawarsa NU sudah berkedudukan dalam kerja sama internasional untuk mengonstruksi Islam moderat serta mencegah radikalisasi. Hal itu diharapkan sejalan dengan tuntutan dunia nan semakin kompleks terhadap moderasi Islam serta Islamofobia dan bentrok identitas nan seagak meningkat.

NU terus-menerus berperan-serta dalam promosi Islam nan moderat, damai, dan toleran dalam banyak konvensi internasional, termasuk pada Forum Agama G-20 (R-20) nan digagas NU pada 2022.

Meskipun Nahdlatul Ulama telah sukses membangun reputasi internasional sebagai pelopor Islam moderat, ada kritik nan muncul mengenai dengan kecenderungan NU nan lebih condong pada kerja sama dengan negara-negara Barat jika dibandingkan dengan negara-negara lain, termasuk Rusia. Sebagai contoh, banyak inisiatif internasional NU berfokus pada Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat, sementara hubungan dengan Rusia, nan juga mempunyai populasi muslim signifikan, tetap relatif minim.

Hal itu dapat terlihat dari minimnya keterlibatan NU dalam forum-forum alias program-program nan melibatkan organisasi muslim Rusia alias negara-negara jejak Uni Soviet lainnya. Padahal, Rusia adalah negara dengan populasi muslim nan cukup besar, sekitar 10%-15% dari total masyarakat mereka, alias sekitar 20 juta orang.

Selain itu, Rusia memainkan peran krusial dalam geopolitik dunia sebagai salah satu kekuatan utama dunia. Dengan latar belakang sejarah panjang hubungan antara Rusia dan bumi Islam, serta peran Rusia dalam mediasi bentrok di area Timur Tengah, kerja sama dengan Rusia dapat memberikan dimensi baru bagi peran internasional NU.

Namun, kecenderungan NU untuk lebih konsentrasi pada negara-negara Barat dapat dipahami lantaran adanya kebutuhan strategis untuk mempromosikan Islam moderat di wilayah-wilayah nan sering kali terpapar oleh narasi negatif. Mengajarkan nilai-nilai toleransi, keberagaman, dan moderasi dalam kurikulum pendidikan.

Memberikan pendidikan kepercayaan nan komprehensif dan kontekstual. Memfasilitasi perbincangan di antara golongan kepercayaan untuk membangun saling pengertian dan mengurangi prasangka. Menggunakan pendekatan psikologis dan teologis untuk mengubah pandangan ekstremis. Mengawasi penyebaran propaganda radikal di media sosial dan internet. Mengedukasi masyarakat tentang ancaman info tiruan alias provokatif.

Kerja sama itu tidak hanya bakal memperluas pengaruh NU di area Eurasia, tetapi juga menunjukkan keseimbangan peran NU di antara Rusia dan negara-negara Barat. NU dapat menginisiasi perbincangan antaragama nan melibatkan organisasi muslim Rusia dan negara-negara Asia Tengah dan Kristen Ortodoks untuk membahas isu-isu mengenai dengan ekstremisme kepercayaan dan toleransi lintas budaya.

Selain itu, kerja sama dengan Rusia dapat mencakup program pendidikan alias pertukaran budaya nan melibatkan pesantren-pesantren NU dan lembaga-lembaga pendidikan Islam di Rusia. Dengan langkah-langkah itu, NU tidak hanya bakal memperkuat posisi mereka sebagai tokoh dunia dalam mempromosikan Islam moderat, tetapi juga membantu menciptakan hubungan nan lebih selaras antara bumi Islam dan Rusia.