Ekonomi Inggris Terancam Krisis, Gagal Tumbuh Di Q3 2024

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, librosfullgratis.com - Ekonomi Inggris kandas tumbuh selama tiga bulan pertama pemerintahan baru Perdana Menteri (PM) Keir Starmer. Ini terlihat dari info resmi nan dirilis pada hari Senin (23/12/2024).

Hal tersebut menambah tanda-tanda perlambatan nan telah membayangi masa jabatannya sejauh ini. Stramer nan berasal dari Partai Buruh, mengambil alih pemerintahan dari Partai Konservatif Inggris, Juli lalu.

Mengutip Reuters, Kantor Statistik Nasional (ONS) menurunkan perkiraan perubahan output produk domestik bruto (PDB) menjadi 0,0% pada periode Juli hingga September, kuartal ketiga (Q3) 2024, dari perkiraan sebelumnya sebesar 0,1%.

Bukan hanya itu, ONS juga memangkas perkiraan pertumbuhan pada kuartal kedua (Q2) menjadi 0,4% dari sebelumnya 0,5%.

Tapi sebelumnya, Starmer dan menteri keuangannya Rachel Reeves, memang telah memperingatkan keadaan ekonomi nan buruk. Pemerintah sendiri tengah mencoba meningkatkan pajak untuk upaya nan telah membikin banyak pengusaha khawatir.

Bank sentral, Bank of England (BoE), minggu lampau memperkirakan bahwa ekonomi tidak bakal tumbuh pada kuartal keempat (Q4). Namun, bank tersebut tetap menahan biaya pinjaman lantaran akibat nan tetap ditimbulkan oleh inflasi.

Kepala ahli ekonomi Inggris di konsultan Capital Economics, Paul Dales, mengatakan penurunan PDB sebagian disebabkan oleh melemahnya permintaan ekspor. Sementara shopping konsumen dan investasi upaya di dalam negeri tetap bertahan.

"Firasat kami adalah bahwa 2025 bakal menjadi tahun nan lebih baik bagi perekonomian daripada 2024," kata Dales.

Kepala ahli ekonomi di Investec, Philip Shaw, mengatakan bahwa ekonomi baru saja berada di jalur nan tepat untuk menghindari resesi. Tetapi info tersebut meningkatkan kemungkinan BoE memangkas suku kembang pada awal 2025.

Survei terpisah dari Lloyds Bank menunjukkan kepercayaan di antara para pelaku upaya turun ke level terendah tahun 2024 pada bulan Desember. Data dari Konfederasi Industri Inggris berasas survei nan dirilis sebelumnya, perusahaan memperkirakan aktivitas bakal turun dan nilai bakal naik pada awal tahun 2025.

"Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa ekonomi sedang menuju nan terburuk dari semua dunia, perusahaan memperkirakan bakal mengurangi produksi dan perekrutan, dan ekspektasi pertumbuhan nilai semakin menguat," kata ahli ekonomi CBI Alpesh Paleja.

"Kenaikan iuran agunan sosial pemerintah untuk pengusaha memperburuk permintaan nan lemah," kata Paleja.

Lebih lanjut, ONS mengatakan tidak ada pertumbuhan di sektor jasa pada Q3. Peningkatan 0,7% dalam bangunan diimbangi oleh penurunan 0,4% dalam produksi.

Bar dan restoran, firma hukum, dan periklanan termasuk di antara sektor-sektor nan paling lemah dalam tiga bulan hingga akhir September. Data tersebut juga menunjukkan tidak adanya pertumbuhan dalam standar hidup dan bahwa rumah tangga telah mengurangi tabungan mereka.

ONS mengatakan defisit transaksi melangkah Inggris menyusut menjadi 18,1 miliar pound (sekitar Rp 367 triliun) pada Q3 dari 24 miliar pound pada periode April hingga Juni. Jajak pendapat Reuters terhadap para ahli ekonomi menunjukkan kekurangan sebesar 22,5 miliar pound.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video : Ada Petaka Baru Datang ke Inggris

Next Article Pemerintah Inggris Blak-blakan Sebut Negara Bangkrut dan Hancur