Harta Karun Dunia Terancam, China Ultimatum Pemberontak Tetangga

Sedang Trending 3 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX
Daftar Isi

Jakarta, librosfullgratis.com - Konflik bersenjata di Myanmar utara sekarang menjadi ancaman nyata bagi pasokan dunia tanah jarang berat, nan krusial untuk produksi kendaraan listrik hingga turbin angin.

Melansir Reuters pada Selasa (8/7/2025), China mengeluarkan ultimatum kepada golongan pemberontak Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA), menambah tekanan terhadap rantai pasok dunia nan sudah rentan sejak pandemi dan bentrok geopolitik.

Sejak Desember 2024, KIA menggempur kota strategis Bhamo di negara bagian Kachin, hanya 100 km dari perbatasan China. Wilayah ini menyumbang nyaris 50% pasokan dunia tanah jarang berat seperti disprosium dan terbium. Mineral tersebut diekspor ke China untuk diproses menjadi magnet berteknologi tinggi.

Namun, Beijing sekarang menakut-nakuti bakal memblokir pembelian tanah jarang dari wilayah nan dikuasai KIA, jika golongan itu tak menghentikan ofensif ke Bhamo. Informasi ini diungkap tiga sumber Reuters nan mengetahui pembicaraan tertutup antara pejabat China dan komandan KIA.

"Dan jika kami tidak menerimanya, mereka bakal memblokir ekspor dari Negara Bagian Kachin, termasuk mineral tanah jarang," kata seorang pejabat KIA kepada Reuters.

China Bermain Keras

Ultimatum ini menunjukkan gimana China memanfaatkan dominasinya atas industri tanah jarang untuk menekan golongan bersenjata demi mendukung junta Myanmar, sekutu utamanya di kawasan.

Seorang komandan KIA menyebut pembicaraan dilakukan dengan perwakilan Kementerian Luar Negeri China. Namun, belum jelas apakah ancaman ini telah direalisasikan.

Menanggapi perihal ini, ahli bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan: "Gencatan senjata awal dan pembicaraan tenteram antara militer Myanmar dan Tentara Kemerdekaan Kachin merupakan kepentingan berbareng Tiongkok dan Myanmar serta rakyat mereka."

Beijing juga menawarkan insentif, seperti peningkatan perdagangan lintas pemisah jika KIA menghentikan serangan ke Bhamo. Namun, para pemimpin KIA tetap percaya diri bisa merebut kota itu dan menilai China pada akhirnya tetap bakal membeli tanah jarang lantaran kebutuhan industrinya.

Pasokan Global Tertekan

Tekanan geopolitik ini berakibat langsung ke pasokan. Impor tanah jarang China dari Myanmar ambruk 50% dalam lima bulan pertama 2025 dibanding tahun lalu, menurut info bea cukai Tiongkok.

Menurut Neha Mukherjee dari Benchmark Mineral Intelligence, jika bentrok berlanjut, bumi bisa menghadapi defisit tanah jarang berat pada akhir tahun.

"Dalam jangka pendek, gangguan pasokan ini bisa mendorong nilai di luar China melonjak tajam," ujarnya.

Harga disprosium dan terbium memang sudah melonjak sejak KIA membatasi produksi dan meningkatkan pajak penambangan setelah merebut sabuk tanah jarang di Kachin tahun lalu.

Pertempuran Memanas di Bhamo

Bhamo saat ini menjadi medan tempur krusial. Sekitar 5.000 pasukan KIA dan sekutunya mengepung kota nan merupakan jalur logistik krusial bagi junta.

Namun militer Myanmar tetap menguasai langit. Serangan udara tanpa henti telah menghancurkan sebagian besar kota, termasuk sekolah dan rumah ibadah. Serangan ini menewaskan penduduk sipil, termasuk anak-anak.

"Saya tidak tahu berapa lama golongan revolusioner bakal bisa melawan tekanan Tiongkok," kata aktivis Kachin, Khon Ja. Ia menyebut pembatasan perbatasan telah menyebabkan kekurangan bensin dan obat-obatan.

Sementara itu, pengamat menilai Beijing tak tertarik menyelesaikan bentrok secara menyeluruh, melainkan hanya mau meredakan pertempuran di wilayah vital ekonominya.

"Tekanan Tiongkok merupakan pendekatan nan lebih umum untuk meredakan konflik," ujar analis independen David Mathieson.

Sementara itu, jika KIA sukses menguasai Bhamo, junta bakal kehilangan akses darat dan sungai ke wilayah utara Myanmar. Hal ini bakal memperlemah cengkeraman militer atas rute perdagangan dan membikin posisi mereka semakin rapuh.

"China, nan memerlukan tanah jarang, hanya dapat menoleransi ini untuk waktu nan terbatas," kata seorang komandan KIA.

Kemenangan pemberontak di Bhamo bisa menjadi titik balik, nan memaksa Beijing untuk bermusyawarah langsung dengan pasukan etnis dan perlahan meninggalkan dukungannya terhadap junta.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Industri Pertahanan AS Terancam Percikan Perang Dagang