ARTICLE AD BOX

Hipertensi nan tidak terkelola dengan baik terbukti meningkatkan akibat terjadinya demensia. Menjaga tekanan darah mulai dari usia awal bukan hanya berfaedah untuk jantung, tetapi juga sangat krusial bagi kesehatan otak. Deteksi dan pencegahan nan dilakukan lebih awal dapat memperpanjang masa produktif seseorang serta mencegah gangguan ingatan saat memasuki usia lanjut.
Tekanan hipertensi alias hipertensi adalah salah satu aspek akibat utama nan menyebabkan penurunan kegunaan otak. Jika dibiarkan tanpa pengendalian, kondisi ini dapat merusak pembuluh darah mini di otak, nan pada akhirnya memicu gangguan kognitif jangka panjang, termasuk demensia vaskular dan penyakit Alzheimer. Risiko ini semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia, terutama bagi perseorangan nan tidak menerapkan style hidup sehat alias jarang memeriksakan tekanan darah mereka.
Menurut American Heart Association (AHA), menjaga tekanan darah tetap di bawah nomor 120/80 mmHg dapat mengurangi akibat penurunan kegunaan otak hingga 15 persen. Dr. Mitchell Elkind, peneliti senior AHA, mengungkapkan, “Mengendalikan tekanan darah sejak usia paruh baya merupakan strategi krusial untuk mengurangi akibat gangguan kognitif dan demensia di kemudian hari. ”
Bahwa hipertensi nan tidak ditangani dapat menyebabkan stroke ringan (silent stroke) nan tidak menunjukkan indikasi namun secara perlahan merusak jaringan otak. Jika kondisi ini dibiarkan, maka bakal berpengaruh pada daya ingat, konsentrasi, serta keahlian berbincang dan mengenali lingkungan sekitar.
World Health Organization (WHO) bahwa sekitar 1,28 miliar orang dewasa di seluruh bumi mengalami hipertensi, dan dua pertiganya berada di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Banyak di antara mereka nan tidak menyadari kondisi ini lantaran hipertensi sering kali tidak menunjukkan indikasi pada tahap awal.
Pencegahan demensia nan disebabkan oleh hipertensi dapat dilakukan dengan menerapkan style hidup sehat. Dengan merekomendasikan pola makan seimbang seperti diet DASH, nan rendah bakal garam dan tinggi serat, melakukan olahraga rutin minimal 30 menit setiap hari, menghentikan kebiasaan merokok, membatasi konsumsi alkohol, serta menjaga berat badan ideal. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin, apalagi saat merasa sehat, sangat dianjurkan.
Bagi perseorangan nan menderita hipertensi, kepatuhan dalam mengonsumsi obat sesuai dengan pengarahan master adalah perihal nan krusial untuk pengendalian tekanan darah dalam jangka panjang.
Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” lantaran tidak menunjukkan indikasi nan jelas, namun dampaknya dapat merusak beragam organ, termasuk otak. Jika dibiarkan, komplikasi nan ditimbulkannya dapat berpengaruh besar terhadap kualitas hidup pasien dan keluarganya. Oleh lantaran itu, krusial bagi masyarakat untuk menyadari ancaman hipertensi dan memahami pentingnya pencegahan.
Melindungi otak dari akibat demensia dimulai dengan kebiasaan sehat nan diterapkan hari ini. Semakin sigap hipertensi dikenali dan dikelola, semakin besar kesempatan seseorang untuk tetap sehat secara bentuk dan mental hingga usia lanjut. (Hellosehat/WHO/E-3)