Jalin Kemitraan Pentahelix, Banyuwangi Luncurkan Ekosistem Beras Biofortifikasi Skala Industri Pertama Di Indonesia

Sedang Trending 8 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX
Jalin Kemitraan Pentahelix, Banyuwangi Luncurkan Ekosistem Beras Biofortifikasi Skala Industri Pertama di Indonesia Ilustrasi(Dok Pandawa Agri Indonesia)

KABUPATEN Banyuwangi, Jawa Timur, secara resmi meluncurkan ekosistem beras biofortifikasi berskala industri pertama di Indonesia. Inisiatif ini dibentuk melalui kemitraan strategis pentahelix antara Pandawa Agri Indonesia, Danone-AQUA, IPB University, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Perum Bulog, dan Bank Indonesia.

Peluncuran program ini berjalan saat momen Panen Raya pada 25 Juni 2025, nan dihadiri oleh para petani, perwakilan pemerintah pusat dan daerah, kalangan akademisi, serta mitra lainnya. Dalam kesempatan nan sama, dilakukan pula penandatanganan Nota Kesepahaman untuk Pengembangan Ekosistem Skala Industri Beras Biofortifikasi, sebuah langkah strategis nan menegaskan komitmen berbareng untuk memperbaiki gizi masyarakat sekaligus menjaga stabilitas nilai pangan.

Program ini secara langsung mendukung tujuan nasional dalam ketahanan gizi, transformasi sistem pangan, dan ketahanan terhadap perubahan iklim.

“Beras biofortifikasi merupakan solusi strategis untuk mengatasi ‘Hidden Hunger’ dalam skala besar. Kita tidak lagi hanya menangani kekurangan gizi, tetapi mulai mencegahnya langsung dari sumber pangan utama,” ujar Guru Besar Ilmu Gizi dan Pangan di IPB University, Evy Damayanthi dikutip dari siaran pers nan diterima, Kamis (3/7).

Sementara itu, Direktur Sistem Gizi Nasional di Badan Gizi Nasional (BGN), Nurjaeni menekankan relevansi inisiatif ini dengan rencana jangka panjang peningkatan status gizi masyarakat.

“Penguatan gizi dimulai dari lahan pertanian. Beras biofortifikasi menawarkan pendekatan berbasis pangan untuk mengurangi kekurangan unsur gizi mikro, serta sejalan dengan Program Makan Bergizi Gratis dan sasaran nasional penurunan stunting. Kolaborasi ini menunjukkan gimana penemuan di hulu dapat mendukung hilirisasi," imbuhnya.

Adapun inti dari inisiatif ini adalah budidaya varietas padi biofortifikasi nan diperkaya dengan unsur besi (Fe) dan zinc (Zn)—dua mikronutrien krusial untuk tumbuh kembang anak dan kesehatan ibu. Pada tahap awal, ekosistem ini diuji di lahan seluas 5 hektar menggunakan varietas Nutrizinc, nan mempunyai kandungan unsur besi dan zinc 25–50% lebih tinggi dibandingkan padi biasa.

Meski Nutrizinc telah menunjukkan hasil gizi nan tinggi, di tahap selanjutnya ekosistem ini memperkenalkan varietas bibit nan telah disempurnakan seperti IPB 9G dan IPB 15S, sekaligus menjajaki varietas padi biofortifikasi lainnya dengan kandungan gizi tinggi.

Varietas-varietas ini menggabungkan kandungan mikronutrien nan tinggi dengan hasil panen nan lebih baik, sehingga lebih cocok untuk diperluas adopsinya di lapangan.

“Di sinilah peran krusial pemuliaan tanaman betul-betul terlihat. Kami mau menghadirkan beras nan tak hanya lebih bergizi, tetapi juga memberdayakan petani lewat produktivitas nan lebih tinggi,” cetus pemulia di kembali pengembangan varietas-varietas ini, Hajrial
Aswidinnoor.

Sebagai bagian dari upaya mewujudkan pertanian nan berkepanjangan dan produktif, inisiatif ini mengintegrasikan Teknologi PPAI® dari Pandawa Agri Indonesia, perusahaan penemuan pertanian nan berbasis di Banyuwangi. Teknologi ini dirancang untuk meningkatkan kesehatan tanaman dan tanah, serta telah terbukti efektif mendorong praktik budi daya nan lebih ramah lingkungan dan berkekuatan saing secara ekonomi.

Riset IPB University menunjukkan bahwa penerapan Teknologi PPAI® dapat menurunkan emisi metana hingga 24%. Sementara itu, kombinasi antara AWD dan Teknologi PPAI® membuat budi daya padi 213% lebih efisien dalam penggunaan air dibandingkan metode konvensional. Temuan ini menjadi kontribusi nyata terhadap pencapaian sasaran suasana di sektor pertanian Indonesia.

“Riset ini menunjukkan bahwa dengan teknologi dan praktik nan tepat, padi nan selama ini dikenal sebagai tanaman royal air dapat dibudidayakan dengan langkah nan irit air, rendah emisi, dan tetap produktif,” ujar CEO Pandawa Agri Indonesia, Kukuh Roxa.

Membangun Infrastruktur Gizi Melalui Kolaborasi Pentahelix

Kekuatan dari ekosistem ini terletak pada pendekatan rantai nilai nan terintegrasi. Tak hanya konsentrasi pada produksi, kerjasama ini juga memastikan akses pasar nan stabil dan berkepanjangan melalui pembeli institusional seperti Perum Bulog, sehingga menjamin produk dapat terserap secara optimal dan kualitasnya tetap terjaga dari hulu ke hilir.

"Dalam persiapan penyelenggaraan Program Makan Bergizi Gratis pada skala besar, kesiapan pangan pokok nan bernutrisi dan dapat ditelusuri asal-usulnya menjadi sangat krusial. Inisiatif ini bukan sekadar soal pengedaran logistik, tapi merupakan langkah strategis dalam membangun sistem pangan nasional nan berfokus pada pemenuhan gizi masyarakat,” terang Pimpinan Wilayah Bulog Provinsi Jawa Timur, Langgeng Wisnu.

Sejalan dengan visi tersebut, Danone-AQUA memandang inisiatif ini sebagai bagian dari peta jalan keberlanjutan perusahaan (Danone Impact Journey) untuk meningkatkan kesehatan melalui makanan, nan berfokus pada tiga pilar utama: Kesehatan, Lingkungan, serta Masyarakat dan Komunitas.

“Kami berkomitmen membangun ekosistem nan terintegrasi dari hulu ke hilir, disertai dengan pendekatan nan holistik, dimana aspek pemenuhan gizi, pelestarian lingkungan, dan peningkatan kesejahteraan petani saling terkait,” ujar Head of Public Affairs & Sustainability Danone-AQUA, Ratih Anggraeni.

Di samping itu, faedah program nan menyentuh beragam aspek ini turut mendapat support dari Bank Indonesia, nan memandang inisiatif ini sebagai langkah strategis untuk memperkuat stabilitas nilai pangan dalam jangka menengah dan panjang dengan meningkatkan produktivitas sebagai upaya memastikan kesiapan pasokan.

Pengembangan padi biofortifikasi dinilai selaras dengan strategi pengendalian inflasi, mengingat beras merupakan komoditas dengan berat inflasi terbesar di Banyuwangi. Selain mendukung stabilitas harga, program ini juga berkontribusi terhadap peningkatan gizi masyarakat secara luas.

“Kolaborasi ini menunjukkan bahwa pemerintah wilayah dapat menjadi katalisator kuat untuk perubahan sistemik. Dengan mengintegrasikan varietas bergizi tinggi, praktik budidaya nan adaptif terhadap iklim, dan akses pasar nan andal, kami mendorong desa-desa tumbuh menjadi pusat inovasi. Banyuwangi bangga dapat menjadi laboratorium hidup bagi praktik pertanian nan inklusif dan berkelanjutan. Melalui inisiatif ini, kami tidak hanya menjawab tantangan hari ini, tetapi juga ikut merancang masa depan pangan Indonesia," pungkas Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandini. (E-4)