Ketika X Ditinggalkan Demi Jaga Ketenangan Di Era Digital

Sedang Trending 11 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Riuhnya platform X (atau dulu dikenal dengan Twitter) rupanya mempunyai sisi lain. Ada nan memutuskan untuk meninggalkan X meski sudah mempunyai banyak follower dengan argumen untuk menjadi lebih tenang.

Salah satunya adalah konten pembuat sekaligus pendiri Malaka Project, Ferry Irwandi nan memutuskan untuk menutup akun Twitter (X) miliknya. Ferry mengaku hidupnya saat ini lebih senang dan tenang setelah keluar dari X.

Sebagaimana diketahui, Ferry mulanya dikenal sebagai konten pembuat nan kritis. Ia pernah mengkritik soal efisiensi anggaran hingga soal revisi UU TNI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun belakangan Ferry kerap mendapat serangan di X. Ferry lantas memilih menutup akun X miliknya. Ferry pun sempat membikin keterangan mengenai kondisinya usai tak aktif di X dalam video berjudul 'Saya Baik-baik Saja' di Youtube.

Awalnya menutup akun X merupakan bagian strategi dari kritiknya untuk revisi UU TNI. Namun, dia sekarang justru merasa lebih nyaman.

"Awalnya bagian dari rencana, eh rupanya kok ya enak, hahaha. Pantes kok semua orang nan berakhir main twitter selalu bilang hidupnya jauh lebih senang dan tenang, rupanya memang lezat beneran hahahaha," tulis Ferry dalam unggahannya di Instagram, 13 April 2025.

Ferry mengatakan dirinya tak bakal kembali ke X. Dia meminta maaf kepada mereka nan mengajaknya kembali ke X.

"Btw buat kawan-kawan nan tetap DM minta saya kembali aktif ke X, saya minta maaf, sepertinya tidak bisa saya lakukan," tuturnya.

Ferry mengaku menutup akun X merupakan keputusan terbaiknya. Dia merasa hidupnya lebih produktif tanpa Twitter.

"Ini salah satu keputusan terbaik nan gue ambil dalam hidup gue, mulai dari pikiran, kesehatan, energi, waktu, produktivitas, kerjaan, semua jadi lebih baik tanpa twitter," katanya.

Ferry menjelaskan bahwa Twitter memang menyenangkan. Tetapi baginya kehidupannya saat ini lebih menyenangkan dan menenangkan.

"Twitter menyenangkan, tapi kehidupan sekarang jauh lebih menyenangkan dan menenangkan," ungkapnya.

Pakar komunikasi digital dari Universitas Indonesia, Firman Kurniawan menyebut tren meninggalkan X merupakan imbas dari pengawasan warganet. Dia menjelaskan bahwa saat ini X dan media sosial lain sudah berkembang sebagai perangkat pengawas, nan mana penduduk diawasi oleh penduduk lainnya.

"Kalau kita lihat perkembangan X maupun media sosial lainnya, ini sudah terbaca sejak lima tahunan lalu, sebagai perangkat pengawas. nan berkembang saat ini surveillance society. Pengawasan penduduk atas penduduk nan lain," ujar Firman kepada wartawan, Jumat (18/4/2025).

Dia memandang pengawasan ini tidak hanya dilakukan untuk perilaku buruk. Namun, perbedaan pendapat di X juga bisa memancing caci maki.

"Persoalannya dalam pengawasan itu bukan hanya perilaku jelek nan diperbincangkan untuk dikoreksi. Tapi perilaku nan berbeda juga dicaci maki. Segerombolan orang nan secara terpisah namun sepakat, kemudian beramai-ramai menyudutkan orang nan berbeda ini," tuturnya.

"Media sosial jadi arena koreksi, menuju penyeragaman perilaku. Hal nan mestinya bisa dibicarakan tapi malah jadi obyek cacian," lanjutnya.

Dia menduga orang-orang meninggalkan X lantaran merasa relasinya tidak sehat. Menurutnya, keluar dari X merupakan bagian dari langkah untuk menjaga kewarasan.

"Bukan capek pada media sosial, tapi tidak sehat relasinya. Sehingga untuk mempertahankan kewarasan, lebih baik meninggalkan arena digital ini," ungkapnya.

(rdp/imk)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini