ARTICLE AD BOX
librosfullgratis.com, Jakarta- Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mengungkapkan tiga kunci krusial dalam mereformasi Polri. Tiga perihal itu adalah instrumen digital, kewenangan asasi manusia (HAM), hingga pengawasan.
Komisioner Kompolnas, Muhammad Choirul Anam mengatakan, reformasi Polri sejatinya tidak dimulai dari nol. Menurut dia, ketiga instrumen tersebut krusial untuk memaksimalkan upaya perbaikan nan telah melangkah di tubuh Polri.
“Ini bisa jadi modalitas, mana nan diperkuat, mana nan diperbaiki, mana nan kudu diganti. Itu nan mungkin bisa jadi semacam roadmap (peta jalan) penguatan kepolisian untuk memastikan polisi ahli dan humanis nan tetap memegang prinsip HAM,” katanya, Minggu (14/9/2025).
Pertama, mengenai digital, Anam mengatakan perlu dilakukan pengecekan ulang instrumen kepolisian nan sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Dia menyoroti semakin luasnya ruang digital.
Menurut Anam, di tengah perkembangan ruang digital saat ini, instrumen kepolisian kudu tetap mengedepankan perlindungan terhadap kebebasan berekspresi, berpendapat, dan berkumpul sebagaimana nan dimandatkan konstitusi.
“Kita bisa lihat gimana instrumen-instrumen nan ada itu sesuai enggak dengan perkembangan era sehingga bisa memastikan perlindungan masyarakat, agunan kewenangan masyarakat, itu bisa maksimal,” ucapnya.
Polri Masih Represif
Kedua, berasas catatan organisasi masyarakat sipil, Anam mengakui tetap ada tindakan represif dari abdi negara ketika menghadapi masyarakat. Oleh karena itu, dia berpandangan, instrumen HAM di tubuh Polri perlu ditingkatkan.
“Tindakan represif itu apakah bagian dari kebudayaan alias tidak? Kalau itu tetap dipandang sebagai budaya, ya, kita kudu bereskan,” kata dia.
Dia menyebut salah satu sektor krusial untuk membentuk kepolisian nan humanis adalah pendidikan. Menurut dia, nilai-nilai HAM perlu diajarkan secara lebih masif dalam kurikulum pendidikan kepolisian.
“Kalau tetap ada budaya kekerasan alias penggunaan kewenangan berlebihan dan sebagainya, kudu diperkuat di level mengubah kultur. Mengubah kulturnya salah satu nan paling mendasar adalah di level pendidikan,” Anam menekankan.
Pengawasan Internal dan Eksternal
Ketiga, instrumen pengawasan dinilai tidak kalah krusial untuk diperhatikan dalam upaya mereformasi Polri.
Hal itu mencakup pengawasan internal kepolisian melalui Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) dan pengawasan eksternal melalui Kompolnas.
“Bagaimana Propam efektif alias tidak, termasuk Kompolnas sebagai pengawas eksternal. Saya kira memperkuat Kompolnas agar efektif melakukan pengawasan agar efektif mencegah pelanggaran dan efektif untuk memberikan temuan-temuan nan bisa mengubah kebijakan juga krusial untuk bisa dipikirkan,” ucapnya, dilansir Antara.
Prabowo Mau Bentuk Komisi Evaluasi dan Reformasi Polri
Sebelumnya, usai berbincang dengan Gerakan Nurani Bangsa (GNB) nan terdiri sejumlah tokoh bangsa dan tokoh lintas agama, Presiden Prabowo Subianto disebut bakal membentuk komisi untuk mengevaluasi dan mereformasi Polri.
GNB menyampaikan langsung aspirasi dan tuntutan masyarakat sipil kepada Presiden Prabowo dalam pertemuan nan berjalan selama tiga jam dan turut dihadiri beberapa menteri Kabinet Merah Putih di Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Kamis (11/9).
"Tadi juga disampaikan oleh GNB perlunya pertimbangan dan reformasi kepolisian, nan disambut juga oleh Pak Presiden (yang) bakal segera membentuk tim alias komisi reformasi kepolisian. Saya kira ini juga atas tuntutan dari masyarakat nan cukup banyak," kata personil GNB, Pendeta Gomar Gultom, saat bertemu pers.