Memasuki Kemarau, Warga Grobogan Mulai Kesulitan Air Bersih

Sedang Trending 21 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX
Memasuki Kemarau, Warga Grobogan mulai Kesulitan Air Bersih Warga Kedungjati, Kabupaten Grobogan mencari air bersih di tempat cukup jauh hingga kudu Polres turunkan petugas untuk membantu.(MI/Akhmad Safuan)

MESKIPUN hujan tetap mengguyur di sejumlah wilayah di Jawa Tengah, namun penduduk di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah mulai mengalami kesulitan air bersih, lantaran sumber mata air mengering untuk memenuhi kebutuhan terpaksa mencari ke letak lebih jauh hingga 1 kilometer dari desa.

Pemantauan Media Indonesia, Kamis (31/7) hujan tetap turun di sejumlah wilayah di Jawa Tengah terutama di area pegunungan dan dataran tinggi, namun dengan intensitas nan menurun dibandingkan sebelumnya. Hal ini membikin kekeringan dan penduduk kesulitan air bersih untuk memenuhi kebutuhan terutama konsumsi.

Kekeringan ini mulai dirasakan penduduk Kampung Kramat, Desa Kedungjati, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan. "Sumber mata air sudah mulai mengering hingga ratusan family kudu antre untuk mendapatkan," ujar Marsinah, penduduk setempat.

Hal serupa juga diungkapkan Tohir, penduduk lainnya. Bahkan akibat kesulitan air bersih ini sebagian besar penduduk kudu mencari ke letak sumber mata air nan lebih jauh hingga 1 kilometer dari desa dengan memasuki area hutan, perihal ini juga terjadi nyaris setiap tahun pada musim kemarau.

Perangkat Desa Kramat Solikin mengaku pada musim penghujan lalu, sumber mata air di wilayah ini cukup deras mengalir. Namun, ketika hujan satu bulan tidak turun, volume air di sumber air berkurang dan tidak mencukupi kebutuhan warga. 

"Satu hari paling hanya mendapatkan satu ember air bersih sehingga untuk memenuhi kebutuhan mulai mengusulkan support air bersih," imbuhnya.

Sementara itu, untuk mengatasi kekeringan di belasan dusun di Desa Depok, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Kepala Desa Depok Budi Rahayu adakan koordinasi berbareng Tim Pengabdi Universitas Indonesia (UI) dan perwakilan PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk membahas persoalan tersebut.

"Hadir dalam pertemuan tersebut, Tim Pengabdi UI dari Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Sosial (DPIS) dan Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL) bekerja sama dengan PT KAI membangun Sistem Pemanenan Air Hujan (SPAH) dengan memasang tiga tandon air," ujar Budi Rahayu.

Keberadaan tandon air itu, lanjut Budi Rahayu, tidak hanya untuk menampung air hujan sebagai tabungan saat menghadapi kekeringan dan kesulitan air bersih, tetapi juga untuk menampung air bersih support nan disalurkan saat kondisi tandus panjang.

"Lokasi tandon ada di Masjid Nurul Huda," imbuhnya.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Grobogan Wahyu Tri Darmawanto mengatakan musim tandus tahun ini diperkirakan bakal mulai berjalan Agustus-Oktober mendatang, sehingga sebagai antisipasi tersebut Pemerintah Kabupaten Grobogan mulai lakukan kesiagaan musibah kekeringan.

Selain melakukan pemetaan wilayah berpotensi kekeringan, ungkap Wahyu, pihaknya juga menyiapkan persediaan air bantuan, lantaran diperkirakan ada ratusan desa nan berpotensi mengalami kekeringan dan kesulitan air bersih, meskipun hingga saat ini belum ada permintaan support air bersih tersebut.

"Kesulitan air bersih sudah mulai melanda sejumlah desa, meskipun diperkirakan tidak separah tahun-tahun sebelumnya lantaran saat ini tergolong tandus basah," tuturnya. (AS/E-4)