Motif Anggota Tni Kopda Fh Ikut Penculikan Dan Pembunuhan Kepala Cabang Bank: Ada Imbalan Uang

Sedang Trending 9 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

librosfullgratis.com, Jakarta Kapuspen TNI Brigjen Freddy Ardianzah mengungkapkan motif Kopda FH terlibat dalam kasus penculikan dan pembunuhan kepala bagian bank BUMN berinisial MIP. Dari hasil penyelidikan, argumen Kopda FH ikut dalam tindakan pelaku lain lantaran hadiah uang.

Freddy mengatakan, Kopda FH sekarang sudah ditetapkan tersangka dan ditahan oleh Polisi Militer Kodam Jaya.

"Dari hasil pemeriksaan sementara, motifnya lantaran nan berkepentingan menerima sejumlah uang," kata Freddy dalam keterangan tertulis, Sabtu (13/9/2025).

Peran Kopda FH

Freddy mengatakan, Kopda FH berkedudukan sebagai perantara nan mencari orang untuk menjemput paksa korban. Saat kejadian, Kopda FH memang sedang berstatus THTI namalain tak datang tanpa izin.

"Pada saat kejadian tindak pidana berlangsung, status nan berkepentingan memang sedang dalam pencarian oleh satuan lantaran tidak datang tanpa izin (THTI). Peran Kopda FH dalam kasus ini adalah sebagai perantara, ialah mencari orang untuk melakukan upaya penjemputan paksa," papar dia.

Dia menegaskan, proses norma terhadap FH bakal ditempuh melalui jalur pidana militer.

"Setelah investigasi selesai dan dinyatakan lengkap, perkara bakal segera dilimpahkan ke Pengadilan Militer untuk diproses sesuai norma nan berlaku," tandas dia.

Peran Kopda FH Dibenarkan Tersangka Lain

Keterangan TNI ini dibenarkan oleh Eras, tersangka lain. Melalui kuasa hukumnya, Adrianus Agal, Eras mengaku direkrut oleh oknum abdi negara berinisial F.

Menurut Agal, Eras sudah kenal lama dengan F. Pada 18 Agustus 2025, F menelepon Eras dan menawarkan untuk menjemput paksa seseorang. Saat itu, Eras belum tahu siapa targetnya. F hanya meyakinkan pekerjaan kondusif lantaran korban bakal diantar pulang lagi oleh F berbareng “tangan kanan bos”.

"Menurut Eras kerjaan nan diberikan kondusif lantaran F menjamin korban diantar pulang oleh F dan tangan kanan bos," kata Agal dalam keterangannya.

Agal mengatakan, kliennya sampai saat ini tidak mengenal dan mengetahui siapa tangan mereka. Kilennya hanya mengenal oknum F.

Pertemuan Susun Rencana Penculikan

Mereka berjumpa di wilayah Jakarta Timur pada 19 Agustus 2025. Di sana, Eras berbareng beberapa kawannya pekerjaan diberitahukan detail. Mereka diminta menjemput paksa seorang korban nan belakangan diketahui adalah MIP.

Keesokan harinya, 20 Agustus 2025, Eras kembali berjumpa F di sebuah kafe di wilayah Percetakan Negara. F menjelaskan skenario lebih perincian penculikan korban.

"Apabila korban sukses dijemput maka eras kudu menyerahkan korban ke “Tangan Kanan Bos” dan kelak korban bakal diantar kembali ke rumahnya oleh tangan kanan bos tersebut, dan Oknum “F” menjelaskan ada tim lain nan sedang mengikuti Korban," ujar dia.

Agal menyebut, F mendapat info korban sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan di area Kramat Jati pukul 10.00 WIB. Eras dkk pun meluncur ke lokasi. Mereka tiba pukul 11.30 WIB dan menunggu berjam-jam di dalam mobil.

Tepat pukul 16.00 WIB, korban terlihat menuju mobil pribadinya. Saat itulah, Eras berbareng komplotannya bergerak. Korban disergap, ditarik, dan didorong masuk ke mobil para pelaku nan parkir persis di sebelah mobil korban. Mobil itu langsung tancap gas keluar dari parkiran.

"Awalnya korban bakal diserahkan kepada Oknum “F” dan tangan kanan Bos di wilayah Fatmawati, bakal tetapi Oknum “F” mengarahkan ke wilayah Tanjung Priok. Bahwa Eras tidak setuju untuk korban diserahkan didaerah Tanjung Priok, oleh lantaran itu eras menunjuk wilayah kemayoran saja," ujar dia.

Sekitar pukul 18.55 WIB, korban diserahkan kepada F dan tangan kanan bos di lokasi. Tak lama, korban dibawa kabur oleh orang kepercayaan bos.

Pelaku Penculikan Kaget Korban Tewas

Malam harinya, sekitar pukul 19.30 WIB, Eras dkk berbareng F menuju area Arcici, Cempaka Putih. Di sana, F menyerahkan duit tunai Rp45 juta sebagai imbalan. Usai menerima bayaran, golongan Eras pun bubar.

"Bahwa setelah menerima duit tersebut eras dkk berpisah dengan Oknum “F” dan kembali ke tempat tinggal mereka," ucap dia.

Eras mengaku kaget ketika mengetahui korban nan dijemput paksa rupanya tewas lantaran dibunuh.

"Eras mengetahui korban meninggal setelah Satreskrim Polres Mabar menunjukkan foto bahwa orang nan mereka jemput paksa sudah meninggal, pada saat itu juga eras meminta ke personil polisi untuk menelepon oknum F dan Eras sangat shock mendengar korban meninggal, berulang kali eras menelepon namun tidak tersambung," ujar dia.