Pedagang Kantin Sekolah Ngeluh Omzet Turun Imbas Mbg, Ini Kata Pemerintah

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah bergulir selama sepekan. Namun pedagang kantin sekolah mengeluhkan penurunan omzet imbas program ini.

Misalnya warung milik Indah (45) di SDN Lengkong Gudang, Tangerang Selatan nan mengalami penurunan pendapatan sampai 50 persen. Bahkan ada menu nan sekarang terpaksa kudu dikurangi.

"Pasti (ada penurunan) drastis, jika dihitung dari hasil per hari. Biasanya kita jual mi ayam, sekarang udah nggak, sampai tutup. Dulu ada mi gacoan. Sekarang jual gini-gini doang (es, sempol, batagor)," kata Indah saat ditemui wartawan di lokasi, Senin (13/1/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Separonya (turun). Dulu bisa sampai 500 ribu, sekarang paling 250 ribu," imbuh dia.

Indah mengaku bimbang dengan adanya program ini. Di satu sisi, dia sebagai orang tua merasa terbantu dengan program makan bergizi cuma-cuma namun di sisi lain, dagangan kantin menjadi sepi.

"Duh susah ya, saya juga sebagai wali siswa punya anak sekolah mendukung jadi nggak repot ngasih bekel. Tapi jika sebagai pedagang ya gimana, pasti omzetnya ngaruh. Kalau wali siswa ah lumayan," ungkapnya.

Indah berambisi adanya program MBG ini bisa memberikan solusi juga untuk pedagang kantin sekolah. Sebab, hasil jualan di kantin dipakainya untuk kehidupan sehari-hari.

"Ya saya setuju jika misal pemerintah bisa melibatkan pihak kantin sekolah juga, mungkin untuk makanan kecilnya," minta Indah.

Selain Indah, pedagang nan ngeluh omzetnya turun adalah Yanti. Dia mengaku untung dari hasil jualan belum cukup untuk shopping sembako.

"Biasanya itu 200 ribu paling mini 80 ribu. Tp ini kemarin hanya 40 ribu. Kalo itu buat apa? Buat shopping sembako aja kurang. Makanya kemarin saya enggak jualan dari hari Rabu, hanya jualan di hari Senin sama Selasa doang, dapatnya juga 40-40," ucap Yanti.

Di SDN Lengkong Gudang, Yanti menjual beragam camilan seperti makaroni, martabak mini, martabak telor, es mambo, dan pizza mini. Dia berdagang mulai 6.30 WIB sampai 16.30 WIB.

"Sekarang itu nyari duit 100 ribu itu susah banget. Mana anak saya tetap kuliah, suami udah meninggal. Enggak dapat bantuan, janda juga gak dapat apa-apa. BPJS saya nan bayar, boro-boro beras raskin dapat, ini mah kagak," ungkap Yanti.

Padahal, setiap hari dia kudu menyetor sejumlah duit untuk biaya sewa, nan membikin untung bersihnya semakin berkurang.

"Kantinnya nyewa, sehari Rp 10 ribu, pertama masuknya Rp 2,5 juta terus setiap hari jika saya masuk itu, saya kasih 10 ribu, ya berfaedah dapatnya tinggal Rp 40 ribu," ujar Yanti.

Akibatnya, Yanti berpikir untuk beranjak profesi. Sebab menurutnya berdagang di kantin sekolah sudah susah memberikan pemasukan.

"Iya belom (modal). Makanya saya mau berhenti, mau jadi pembantu aja. Soalnya nggak cukup buat anak saya nan kuliah, terus nggak ada nan bantu, Bapaknya udah meninggal," jelas Yanti.

Jawaban Pemerintah

Merespons perihal itu, Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Adita Irawati, mengatakan keluhan para pedagang kantin bakal menjadi masukan bagi pemerintah. Hal ini nantinya dapat menjadi pertimbangan untuk membuka keterlibatan kantin sekolah dalam program makan bergizi gratis.

"Jadi apa nan kemudian menjadi masukan dari para penyelenggara kantin, nan ada di sekolah-sekolah, kita bakal jadikan masukan. Nanti kita bakal pikirkan lagi gimana agar kelak pola MBG ini juga bisa melibatkan kantin-kantin ini.
Kita bakal pilihkan ke depan," kata Adita.

Sebelumnya, Adita menjelaskan bahwa prinsip utama dari program MBG ini adalah kecukupan gizi untuk anak, kebersihan makanan, dan pemberdayaan ekonomi. Oleh lantaran itu, keluhan dari kantin sekolah bakal menjadi bahan pembahasan lebih lanjut.

(knv/knv)