ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Setidaknya 31 orang meninggal lantaran penyakit kolera yang mewabah di wilayah Gambella, Ethiopia selama bulan lalu. Kelompok Doctors Without Borders (MSF) mengatakan bahwa mereka nan meninggal termasuk di antara lebih dari 1.500 kasus kolera nan dilaporkan di wilayah tersebut.
MSF mengatakan pandemi kolera tersebut "menyebar dengan cepat".
LSM internasional tersebut mengatakan situasi semakin memburuk dengan datangnya orang-orang nan melarikan diri dari kekerasan di negara tetangga Sudan Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kolera menyebar dengan sigap di seluruh Ethiopia bagian barat dan secara paralel, pandemi di Sudan Selatan tetap berlangsung, membahayakan ribuan nyawa," kata MSF dalam sebuah pernyataan, dilansir instansi buletin AFP, Jumat (14/3/2025).
Beberapa wilayah di Ethiopia, negara terpadat kedua di Afrika dengan sekitar 120 juta orang, tengah berjuang melawan pandemi kolera, dengan Amhara -- wilayah terbesar kedua -- di antara nan paling parah dilanda.
Kolera adalah jangkitan usus akut nan menyebar melalui makanan dan air nan terkontaminasi kuman vibrio cholerae, nan sering kali berasal dari tinja.
Di wilayah Akobo, Sudan Selatan, di Nil Hulu, sebanyak 1.300 kasus kolera telah dilaporkan dalam empat minggu terakhir, menurut MSF.
Dikatakan bahwa kekerasan baru-baru ini di Nil Hulu antara pemerintah Sudan Selatan dan golongan bersenjata telah memperburuk pandemi tersebut.
"Ribuan orang mengungsi, kehilangan akses ke jasa kesehatan, air bersih, dan sanitasi," kata MSF.
Sudan Selatan, negara termuda di bumi dan tetap dilanda ketidakstabilan kronis dan kemiskinan, mengumumkan epidemi kolera pada bulan Oktober lalu.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sekitar 4.000 orang meninggal lantaran "penyakit nan dapat dicegah dan diobati dengan mudah" tersebut pada tahun 2023, naik 71 persen dari tahun sebelumnya, sebagian besar di Afrika.
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu