ARTICLE AD BOX
Jakarta, librosfullgratis.com - Pemerintah sudah menerbitkan Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2025-2034. Dalam kebijakan listrik itu, 42,6 Giga Watt (GW) listrik bakal berasal dari Energi Baru dan Terbaruk (EBT) diantaranya 17,1 GW dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Sumber daya EBT dari PLTS itu menjadi nan terbesar dibanding EBT lainnya. Dengan jumlah mencapai 17,1 GW, artinya PLTS menyumbang hingga 40,1% hingga tahun 2034. Lantas, apa alasannya?
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa terdapat kebutuhan 'mendadak' nan meningkatkan permintaan bakal sumber EBT di Indonesia.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan kebutuhan tersebut seperti permintaan sumber daya 'bersih' khususnya dari kebutuhan listrik untuk penyimpanan daya (storage), kebutuhan daya untuk info center, hingga permintaan dari industri PVC.
"Nah, ada kebutuhan-kebutuhan nan kemarin seperti dirasakannya itu rada mendadak gitu, ya. Mendadak itu, misalnya, kebutuhan storage lampau kebutuhan kemarin info center lampau ada industri baru PVC nan ada di Jawa Barat itu mau tumbuh itu menginginkan green," jelas Eniya kepada librosfullgratis.com dalam program Economic Update, Selasa (8/7/2025).
Beberapa kebutuhan daya bersih mendadak tersebut bakal dipenuhi melalui PLTS terapung. Eniya menilai, PLTS terapung menjadi sangat potensial lantaran dalam RUPTL 10 tahun nan sudah dirilis oleh pemerintah tersebut juga mempunyai porsi tambahan EBT dari PLTS lebih besar dibandingkan dari EBT lainnya.
"PLTS Apung itu juga jadi sasaran. Nah, kita address di dalam RUPTL ini untuk PLTS memang potensi paling besar. Jadi, ada sekitar 17,1 GW dalam 10 tahun ke depan," katanya.
Pemilihan sumber EBT dari PLTS terapung tersebut, kata Eniya, lantaran PLTS terapung bisa dimanfaatkan berbarengan tempatnya dengan waduk nan digunakan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
"Lalu, di hidro jadi kombinasi antara pemakaian waduk-waduk dengan PLTS terapung itu juga kelak kita masukkan dan sekaligus ada PLTA. Nah, PLTA ini kira-kira 11,7 GW," tandasnya.
Asal tahu saja, dalam RUPTL 2025-2034 tercatat rencana total penambahan kapabilitas pembangkit listrik baru sebesar 69,5 GW sampai 2034, sebesar 42,6 GW alias 61% bakal berasal dari pembangkit listrik berbasis EBT, dan 10,3 GW alias 15% dari sistem penyimpanan (storage).
Adapun, dari seluruh jenis pembangkit EBT, sumber daya surya mempunyai porsi nan cukup besar ialah 17,1 GW. Kemudian, disusul oleh Air sebesar 11,7 GW, Angin sebesar 7,2 GW, Panas bumi sebesar 5,2 GW, Bioenergi sebesar 0,9 GW, dan Nuklir sebesar 0,5 GW.
Sementara itu, untuk kapabilitas sistem penyimpanan daya mencakup PLTA pumped storage sebesar 4,3 GW dan baterai 6,0 GW. Kemudian, untuk pembangkit fosil tetap bakal dibangun sebesar 16,6 GW, terdiri dari gas 10,3 GW dan batubara 6,3 GW.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Tak Bisa Disangkal, Ini Alasan Batu Bara Masih Laris daripada PLTS Cs