Sejarah Kelam Dan Cerita Pahit Dibalik Hari Buruh 1 Mei

Sedang Trending 6 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, librosfullgratis.com - Tanggal 1 Mei merupakan Hari Buruh Internasional alias May Day. Hari ini diperingati di seluruh bumi untuk menghormati perjuangan pekerja dalam mendapatkan hak-hak nan setara dan perlindungan kerja nan layak.

Bahkan, lebih dari 160 negara di bumi - termasuk Indonesia - menetapkan Hari Buruh sebagai hari libur nasional. Dibalik itu, ada sejarah panjang mengenai terbentuknya hari buruh.

Sebelum abad ke-19, istilah May Day merujuk pada seremoni pergantian musim semi alias spring di Amerika Serikat (AS). Namun, setelah itu, istilah May Day dikenal sebagai Hari Pekerja Internasional untuk merayakan hak-hak pekerja dan delapan jam kerja sehari.

Laporan Tim Riset librosfullgratis.com menyebut pada waktu itu, kondisi kerja di AS sangat buruk, terutama di sektor industri. Pekerja diharuskan bekerja 16 jam per hari dengan bayaran nan sangat rendah. Tak hanya itu, para pekerja ini juga bekerja tanpa agunan kesehatan dan keselamatan kerja nan memadai.

Pada tahun 1886, sebuah aktivitas pekerja mulai berkembang di AS nan memperjuangkan hak-hak pekerja.

Gerakan ini berupaya memperjuangkan jam kerja delapan jam per hari. Pada 1 Mei 1886, ribuan pekerja di seluruh AS melakukan mogok kerja untuk memperjuangkan hak-hak mereka.

Pada saat itu, ada tiga organisasi pekerja nan mengorganisir protes: Knights of Labor, Federation of Organized Trades and Labor Unions, dan International Workingmen's Association nan juga dikenal sebagai First International.

Dalam beberapa hari, demonstrasi dan mogok kerja menyebar ke seluruh antero negeri, termasuk kota-kota besar seperti Chicago, New York, dan Boston.

Pada tanggal 3 Mei 1886 bentrok antara polisi dan demonstran meletus di Chicago. Kejadian ini kemudian dikenal sebagai Tragedi Haymarket. Sebnayak 4 orang demonstran dan tujuh polisi tewas dalam bentrok tersebut. Pasca kejadian ini, banyak pekerja dan aktivis hak-hak pekerja nan ditangkap dan dipenjara.

Sejarah Hari Buruh bersambung pada tahun 1889, sebuah konvensi internasional di Paris diadakan untuk memperingati perjuangan para pekerja dan untuk memperjuangkan hak-hak pekerja.

Konferensi tersebut menyerukan peringatan internasional setiap tanggal 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional.

Sejarah May Day sebagai hari pekerja ini lahir dari sebuah federasi internasional, sebuah golongan sosialis dan serikat pekerja menetapkan nan 1 Mei sebagai hari untuk mendukung para pekerja, dalam rangka memperingati Kerusuhan Haymarket di Chicago pada tahun 1886.

Pada abad ke-20, hari libur 1 Mei tersebut mendapat pengesahan resmi dari Uni Soviet, dan juga dirayakan sebagai Hari Solidaritas Buruh Internasional, terutama di beberapa negara Komunis.

Namun begitu, AS tidak merayakan Hari Buruh pada 1 Mei, tapi pada hari Senin pertama bulan September. Sebagai informasi, 1 Mei adalah Hari Loyalitas, hari libur resmi tetapi tidak diakui secara luas di AS.

Ada beberapa pendapat nan menyatakan bahwa alasannya adalah untuk menghindari peringatan kerusuhan nan terjadi pada tahun 1886, demikian dikutip Office Holidays.

Sejak saat itu, Hari Buruh Internasional diperingati di seluruh bumi sebagai hari perjuangan para pekerja untuk mendapatkan hak-hak nan setara dan layak di tempat kerja.

Selain itu, Hari Buruh Internasional juga menjadi simbol perjuangan untuk kemerdekaan, demokrasi, dan persamaan di seluruh dunia.

Bagaimana di Indonesia?

Di Indonesia sendiri, Hari Buruh Internasional dirayakan pertama kali pada tanggal 1 Mei 1920, di mana serikat-serikat pekerja dan pekerja melakukan tindakan demonstrasi dan mogok kerja untuk memperjuangkan hak-hak mereka.

Sejarah Hari Buruh di Indonesia bermulai saat negara ini tetap berada di bawah kekuasaan Belanda, dan kondisi kerja para pekerja di sektor perkebunan dan industri sangatlah buruk.

Selama dijajah oleh Belanda, para pekerja dan serikat pekerja sering mengalami pemanfaatan dan penindasan oleh majikan Belanda.

Kondisi kerja nan tidak sangat manusiawi, bayaran rendah, dan tidak adanya agunan kesehatan dan keselamatan kerja, membikin para pekerja dan serikat pekerja merasa perlu untuk memperjuangkan hak-hak mereka.

Peringatan hari pekerja sempat berakhir diperingati secara terbuka saat kepemimpinan Presiden Soeharto lantaran dinilai identik dengan mengerti komunis.

Letupan protes dari kaum pekerja tetap ada selama Orde Baru, namun tidak masif. Protesnya nan digaungkan seputar bayaran layak, libur haid, dan bayaran lembur.z

Kemudian pada masa reformasi, hari pekerja kembali rutin dirayakan di banyak kota, dan mengusung beragam tuntutan mulai dari kesejahteraan hingga penghapusan sistem alih daya. BJ Habibie sebagai presiden pertama di reformasi melakukan ratifikasi konvensi ILO Nomor 81 tentang kebebasan berserikat buruh.

Pada 1 Mei 2013, terjadi peristiwa sejarah hari pekerja nan krusial di Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan hari pekerja sebagai hari libur nasional.

Dari tahun ke tahun, 1 Mei selalu menjadi arena pekerja untuk menuntut hak-haknya, mulai dari bayaran nan pembayarannya tertunda, jam kerja dan bayaran nan layak, kewenangan libur hamil, kewenangan libur haid, hingga Tunjangan Hari Raya (THR) nan bisa kita nikmati hingga saat ini.


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

Hindari Jalan Ini Saat Peringatan May Day Besok

Next Article Prabowo Bakal Datang Langsung-1 Juta Buruh Siap Turun Rayakan May Day