ARTICLE AD BOX
Serangan udara junta militer Myanmar menghantam sebuah sekolah menengah di negara bagian Rakhine pada Jumat (12/9) waktu setempat. Sedikitnya 19 siswa sekolah menengah, termasuk beberapa di antaranya tetap remaja, tewas akibat gempuran tersebut.
Serangan udara itu dilancarkan junta Myanmar saat terlibat pertempuran sengit dengan golongan bersenjata etnis minoritas Tentara Arakan (AA) untuk merebut kendali atas Rakhine. Junta Myanmar dalam setahun terakhir telah merebut sebagian besar wilayah Rakhine dari kelompok bersenjata tersebut.
Konflik di Rakhine menjadi salah satu komponen dari kekacauan berdarah nan menyelimuti Myanmar sejak militer menggulingkan pemerintahan sipil nan dipimpin Aung San Suu Kyi dalam kudeta tahun 2021 lalu, nan kemudian memicu pemberontakan bersenjata nan meluas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tentara Arakan dalam pernyataannya via Telegram, seperti dilansir AFP, Sabtu (13/9/2025), menyebut bahwa serangan terhadap dua sekolah menengah swasta di kota Kyauktaw terjadi tepat setelah tengah malam pada Jumat (12/9) waktu setempat. Diketahui bahwa para siswa tidur di kompleks sekolah tersebut.
Disebutkan Tentara Arakan dalam pernyataannya bahwa sedikitnya 19 siswa sekolah menengah itu, nan berumur antara 15 tahun hingga 21 tahun, tewas akibat serangan tersebut. Sekitar 22 orang lainnya mengalami luka-luka.
"Kami turut bersungkawa cita seperti family korban atas kematian para siswa nan tidak bersalah," demikian pernyataan Tentara Arakan tersebut.
Tentara Arakan menyalahkan junta militer Myanmar atas serangan mematikan tersebut. Namun belum ada tanggapan resmi dari junta Myanmar soal kejadian itu.
Media lokal Myanmar Now melaporkan bahwa sebuah pesawat tempur junta militer telah menjatuhkan dua peledak seberat 500 pon ke sebuah sekolah menengah saat para siswa sedang tidur.
Badan anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), UNICEF, mengutuk "serangan brutal" tersebut, nan menurut mereka semakin "menambah pola kekerasan nan semakin menghancurkan di negara bagian Rakhine, dengan anak-anak dan family menanggung dampaknya".
AFP tidak dapat menghubungi masyarakat setempat di sekitar Kyauktaw lantaran jasa internet dan telepon terputus-putus.
Junta militer nan berkuasa sedang berjuang melawan oposisi terhadap kekuasaannya di beragam front di Myanmar, dan telah berulang kali dituduh melancarkan serangan udara serta serangan artileri terhadap penduduk sipil.
(nvc/idh)