Survei Lsi Denny Ja: 74,6% Publik Tak Percaya Isu Ijazah Palsu Jokowi

Sedang Trending 18 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei tingkat kepercayaan publik terhadap rumor piagam Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi). Dari survei tersebut, 74,6 persen publik responden tidak percaya dengan rumor piagam tiruan Jokowi.

Dilansir Antara, survei tersebut merupakan survei nasional tatap muka nan dilaksanakan di semua provinsi pada 28 Mei 2025 sampai 12 Juni 2025 dengan metode multistage random sampling (pengambilan sampel random bertingkat).

Survei menggunakan 1.200 responden, dengan perkiraan margin kesalahan namalain margin of error sebesar +/- 2,9 persen. Untuk memperkuat temuan dan analisa, LSI Denny JA juga melakukan riset kualitatif berupa wawancara mendalam (indepth interview), obrolan golongan terarah (FGD), dan media analisis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur PT Survei Strategi Indonesia (SIGI) LSI Denny JA Ardian Sopa mengatakan kebanyakan masyarakat memilih untuk tidak mempercayai rumor piagam tiruan Jokowi dengan tiga argumen utama. Alasan tersebut ialah kekuatan jejak dan logika prosedural, konfirmasi dari lembaga resmi, serta kesadaran publik atas motif politik.

"Responden survei menempatkannya sebagai bagian dari dinamika politik, bukan sebagai kebenaran nan menakut-nakuti legitimasi kepemimpinan nasional," kata Ardian, Rabu (31/7/2025).

Dia menyebut rumor piagam tiruan nan dituduhkan kepada Jokowi memang terus bergulir di ruang publik. Isu ini menjadi topik dalam pemberitaan televisi, talkshow, podcast, dan media sosial.

Namun di tengah riuh narasi nan berkembang, kata dia, kebanyakan masyarakat Indonesia justru menunjukkan sikap nan lebih tenang dan rasional. Dalam survei tersebut, hanya terdapat 12,2 persen masyarakat responden nan mempercayai rumor itu.

Ardian mengungkapkan dalam hasil survei, mereka nan tak percaya dengan rumor piagam tiruan Jokowi merata di semua segmen demografi, mulai dari mereka nan berilmu rendah hingga kalangan terpelajar.

Begitu pula dari masyarakat akar rumput hingga golongan mapan, di pedesaan maupun perkotaan, dari generasi Z (di bawah 27 tahun) hingga generasi baby boomer (di atas 60 tahun), serta dari semua konstituen partai politik.

Ia membeberkan, setidaknya terdapat tiga argumen relevan kebanyakan publik tidak percaya dengan rumor tersebut berasas hasil survei, ialah pertama, kepercayaan publik nan telah terbangun selama lebih dari satu dasawarsa pemerintahan Jokowi menjadi fondasi utama.

Dalam persepsi publik, sambung dia, Jokowi merupakan figur nan naik dari bawah, bukan elite politik tradisional, dan rekam jejaknya sudah teruji mulai dari wali kota, gubernur DKI, hingga dua periode sebagai presiden.

"Dalam kurun waktu itu, proses administratif seperti pencalonan kepala wilayah dan presiden tentu melalui tahapan verifikasi nan ketat, termasuk pengecekan arsip piagam oleh KPU dan lembaga resmi," tuturnya.

Dia menambahkan argumen kedua, ialah otoritas lembaga negara dan akademik telah memberikan penjelasan nan jelas dan resmi. Universitas Gadjah Mada sebagai kampus tempat Jokowi menempuh pendidikan, telah menegaskan bahwa Jokowi merupakan alumnus sah mereka.

Disebutkan bahwa Kepolisian, melalui Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri, juga telah melakukan verifikasi dan menyatakan bahwa piagam tersebut asli.

Alasan ketiga, lanjut Ardian, publik semakin sadar bahwa rumor tersebut mempunyai muatan politis nan kuat, terutama setelah Gibran Rakabuming Raka, putra Jokowi, maju dan menang sebagai Wakil Presiden dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

"Bagi publik, momen munculnya rumor ini tidak lepas dari dinamika kekuasaan dan kontestasi elite menjelang periode politik baru," ucap Ardian.

(rdp/imk)