ARTICLE AD BOX
Jakarta, librosfullgratis.com - Presiden Donald Trump menakut-nakuti bakal meningkatkan tarif terhadap ekspor Jepang ke Amerika Serikat lantaran mengeklaim Jepang tidak mau membeli beras asal AS. Hal ini dia sampaikan dalam sebuah unggahan di platform Truth Social.
"Mereka tidak bakal mengambil BERAS kita, namun mereka mengalami kekurangan beras nan sangat besar. Dengan kata lain, kita hanya bakal mengirimi mereka surat, dan kita senang mempunyai mereka sebagai mitra jual beli selama bertahun-tahun mendatang," tulis Trump, dikutip Selasa (1/7/2025).
Trump juga menakut-nakuti bakal mengenakan tarif sebesar 25% terhadap mobil-mobil Jepang nan masuk ke pasar AS.
"Yang terhormat Bapak Jepang, ini ceritanya: Anda bakal bayar tarif 25% untuk mobil Anda," kata Trump dalam wawancara dengan Fox News.
Namun, klaim Trump tentang penolakan Jepang terhadap beras AS tidak sepenuhnya akurat. Berdasarkan info dari Biro Sensus AS, Jepang tercatat membeli beras dari AS senilai US$298 juta (sekitar Rp4,85 triliun) sepanjang tahun lalu.
Bahkan, antara Januari hingga April 2025 saja, nilai pembelian beras oleh Jepang mencapai US$114 juta (sekitar Rp1,86 triliun).
CNN sebelumnya melaporkan bahwa belum ada konfirmasi dari pejabat Jepang soal adanya rencana untuk menghentikan pembelian beras AS.
Sementara itu, dalam laporan Kantor Perwakilan Dagang AS tahun 2021 di era Presiden Joe Biden disebutkan bahwa "sistem impor dan pengedaran beras Jepang nan sangat diatur dan tidak transparan membatasi keahlian eksportir AS untuk menjangkau konsumen Jepang." Seorang sumber nan dekat dengan Trump menyebut inilah nan dimaksud Trump dalam kritiknya.
Ancaman tarif ini muncul menjelang tenggat 9 Juli, ketika jarak 90 hari atas kebijakan tarif "timbal balik" AS berakhir. Sebelum kebijakan jarak ini diterapkan, ekspor Jepang sempat dikenai tarif minimum 24%, namun saat ini dikenai tarif universal sebesar 10%.
Menanggapi rumor ini, Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Kevin Hassett, mengatakan bahwa negosiasi antara kedua negara tetap berjalan.
"Tidak ada nan berakhir. Masih bakal ada obrolan hingga akhir. Bahkan jika kita mendapatkan kerangka kerja, tetap bakal ada hal-hal nan kudu diselesaikan," ujar Hassett.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Dagang Trump Makan Korban Baru: Jepang