Akselerasi Digitalisasi Untuk Optimalisasi Produksi

Sedang Trending 3 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX
Akselerasi Digitalisasi untuk Optimalisasi Produksi Ilustrasi(Dok ist)

INOVASI digitalisasi tidak saja membawa kemajuan di industri teknologi informasi. Ajang Kompetisi Digital Hackathon AI/ML Hulu Migas 2025, nan digelar SKK Migas di Bandung pertengahan Juni lalu, menjadi saksi bahwa terobosan berbasis digitalisasi juga berkembang pesat dan memberikan kontribusi positif nan signikan di sektor hulu minyak dan gas bumi nan penuh tantangan.

Salah satu terobosan nan mencatat prestasi dalam aktivitas tersebut adalah penemuan nan dipresentasikan tim THATPOOL PHE OSES, nan keluar sebagai Juara 2 Kategori Implementation, dalam mengoptimalkan residu minyak di lapangan marginal dengan menggunakan perangkat prediksi saturasi lanjutan berbasis pendekatan machine learning.

THATPOOL merupakan akronim dari Technological Hub for Advanced Tools and Predictive Optimization of Oilfield Logs, sebuah tim representasi dari kehadiran dan perkembangan pesat digitalisasi di bumi hulu migas.

Di lapangan migas PHE OSES nan terus berpacu dengan waktu dan sumber daya, tim THATPOOL datang membawa solusi berbasis machine learning (ML) dan artificial intelligence (AI). Bukan sekadar konsep di atas kertas, penemuan mereka telah diterapkan di Lapangan NR, dan menghasilkan tambahan produksi sebesar 542 BOPD, serta menghemat Rp7,18 miliar untuk biaya material dan sewa kapal.

Hal nan membikin pendekatan ini spesial adalah konsentrasi mereka pada prediksi current saturation di reservoir Batugamping. Melalui algoritma ML nan akurat, metode pengukuran saturasi berbasis barge dapat dioptimalkan, nan artinya menghemat biaya dan mempercepat waktu kerja.

Current saturation adalah sebuah kondisi saturasi fluida terkini di reservoir. Kondisi ini bukan berasas info awal eksplorasi, melainkan berasas info terakhir setelah reservoir berproduksi.

Saturasi sangat krusial untuk memahami seberapa banyak minyak nan tetap tersisa di reservoir (residual oil), mengetahui letak area di mana air mulai mendominasi (water breakthrough), serta penentuan strategi pemulihan minyak lebih lanjut (enhanced oil recovery). Di masa depan, pendekatan ini apalagi memungkinkan perawatan sumur dilakukan tanpa intervensi langsung, cukup dengan menutup zona-zona air secara tepat.

General Manager PHE OSES, Antonius Dwi Arinto, menyampaikan rasa bangga sekaligus harapannya. “Inovasi ini tidak hanya berakibat nyata di lapangan, tapi juga menjadi bukti bahwa digitalisasi bisa membawa efisiensi dan keberlanjutan operasional. Kami optimis, pendekatan seperti ini dapat direplikasi di wilayah kerja lainnya,” ujarnya.

Lebih dari sekadar penghargaan, keberhasilan ini menjadi penanda bahwa transformasi digital di sektor hulu migas bukan lagi opsi, melainkan keniscayaan dan PHE OSES, melalui THATPOOL, menunjukkan bahwa dengan semangat kerjasama dan keberanian untuk mencoba perihal baru, industri migas nasional siap menjawab tantangan masa depan. (H-2)