ARTICLE AD BOX

KETUA Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyatakan ketidakpastian dunia nan dipicu perkembangan geopolitik dan perlambatan ekonomi bumi perlu menjadi perhatian serius pelaku sektor jasa finansial di Indonesia.
"OJK mencermati dan melakukan asesmen berkala terhadap perkembangan kondisi geopolitik dunia nan berpotensi meningkatkan volatilitas pasar finansial dan tentunya keahlian debitur sektor riil nan mempunyai exposure terhadap akibat terkait," ujarnya dalam konvensi pers secara daring, Selasa (8/7).
Mahendra turut mendorong lembaga jasa finansial di Tanah Air untuk terus memonitor dan meninjau perkembangan terkini, baik dari dalam maupun luar negeri. Itu diperlukan agar lembaga jasa finansial bisa melakukan mitigasi jika terjadi hal-hal jelek di kemudian hari.
Hal tersebut patut dilakukan lantaran perkembangan ekonomi dunia tetap belum menunjukkan perbaikan. Sejumlah lembaga internasional diketahui telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia lantaran ketidakpastian dan gejolak geopolitik dunia.
Meski ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok mereda usai tercapainya kerangka kesepakatan dagang, dinamika dunia belum stabil.
"Tensi geopolitik terlihat kembali meningkat, terutama di area Timur Tengah seiring terjadinya perang Israel dan Iran, diikuti serangan Amerika Serikat, terhadap akomodasi nuklir utama di Iran," kata Mahendra.
Dia juga menekankan, di tengah gejolak dunia tersebut, parameter ekonomi bumi mengalami moderasi dan sebagian besar berada di bawah ekspektasi. Hal ini turut mendorong arah kebijakan dunia menjadi lebih akomodatif.
Di Amerika Serikat, misalnya, The Federal Reserve belum menurunkan suku kembang dan tetap menahan Federal Funds Rate (FFR) pada kisaran 4,25%-4,5% sembari mencermati akibat tarif baru terhadap inflasi.
Kendati begitu, OJK menilai kondisi perekonomian domestik tetap menunjukkan daya tahan. Mahendra menyebut inflasi inti telah termoderasi di level 2,37%. Sedangkan dari sisi eksternal, neraca perdagangan pada Mei 2025 mencatatkan surplus cukup besar setelah sempat mengalami tekanan pada bulan sebelumnya.
Peningkatan keahlian ekspor, khususnya dari sektor pertanian dan manufaktur, disebut Mahendra sebagai aspek kunci nan menyeimbangkan penurunan ekspor di sektor pertambangan dan komoditas lainnya dalam tiga bulan terakhir. (Mir/E-1)