Penampakan Buron Narkoba Ditangkap Polri Di Bangkok Saat Tiba Di Soetta

Sedang Trending 3 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Bareskrim Polri menangkap buron pengendali laboratorium narkoba alias clandestine laboratory hashish di Bali berjulukan Roman (R) di Bangkok, Thailand. Kini, tersangka telah tiba di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta).

Pantauan librosfullgratis.com di Bandara Soekarno-Hatta, Minggu (22/12/2024), tersangka dibawa melalui pintu 1 terminal 3 sekitar pukul 18.28 WIB. Pelaku tampak mengenakan baju tahanan berwarna oranye.

Setelah itu, tersangka nan merupakan penduduk negara Ukraina langsung dibawa meninggalkan bandara. Tersangka dibawa untuk pemeriksaan lebih lanjut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim (Dittipidnarkoba) Bareskrim Polri menangkap buron kasus narkoba di Bangkok, Thailand. Tersangka nan ditangkap itu merupakan buron kasus laboratorium narkotika hasis di Bali.

"Iya betul ada penangkapan bandar besar nan kita. Ini pelaku clandestine lab nan di Bali, pengendali," kata Dirtipidnarkoba Bareskrim Polri Brigjen Mukti Juharsa kepada wartawan.

Sebelumnya, Bareskrim Polri menggerebek sebuah vila di Desa Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali. Vila itu diduga menjadi pabrik narkoba.

Penggerebekan dilakukan pada Kamis (2/5) lalu. Tiga orang nan terdiri dari dua laki-laki kembar penduduk Ukraina Ivan Volovod alias IV dan Mikhayla Volovod dan seorang penduduk Rusia berjulukan Konstantin Krutz ditangkap.

Buron narkoba nan ditangkap di Bangkok tiba di Soetta (Rumondang/librosfullgratis.com)Buron narkoba nan ditangkap di Bangkok tiba di Soetta (Rumondang/librosfullgratis.com)

Adapun modus operandi nan digunakan sindikat ini ialah membikin clandestine lab narkoba di tengah-tengah pemukiman masyarakat sebagai kamuflase untuk menyamarkan aktivitas terselubung para tersangka.

Jaringan ini mendirikan laboratorium narkoba rahasia di basement vila tersebut. Di sana, ketiga WNA tersebut membikin dua clandestine lab sekaligus dalam vila tersebut. Ini juga menjadi nan pertama kalinya terjadi di Indonesia.

Selama ini, clandestine lab narkoba berdiri sendiri. Tapi di vila ini, tiga WNA tersebut membikin laboratorium hidroponik dan juga kimiawi sekaligus dalam satu tempat.

Di salah satu ruangan, terdapat clandestine lab memphedrone, bahan baku ekstasi. Sementara ruangan lainnya, jaringan narkoba ini memanfaatkannya untuk budidaya ganja hidroponik.

Mereka juga menggunakan mata uang digital sebagai perangkat transaksi. Mereka menggunakan forum darknet sebagai sarana promosi dan penjualannya.

Jaringan nan menamakan diri 'Hydra Indonesia' ini menggunakan teknologi digital. Mulai dari tahapan produksi, pengedaran hingga transaksi dilakukan melalui bumi nyata maupun bumi digital.

Polri menyita mata uang digital hasil penjualan narkoba senilai Rp 4 miliar. Selama kurun waktu 6 bulan, tiga tersangka WN Ukraina dan Rusia ini telah meraup miliaran rupiah dalam corak kripto.

(ond/haf)