Pengamat :  pengakuan Raffi Tak Ada Dalam Mobil Saat Iring-iringan Kontroversial

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX
  Pengakuan Raffi Tak Ada dalam Mobil Saat Iring-Iringan Kontroversial Raffi Ahmad menyapa wartawan setibanya di kediaman Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan(ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan/YU)


ANALIS Komunikasi Politik Hendri Satrio menilai terdapat dua kontroversi dalam pernyataan Utusan Khusus Presiden Raffi Ahmad mengenai polemik iring-iringan mobil dinas RI 36 miliknya.

"Ada dua pesan komunikasi Raffi nan mengganggu publik sebetulnya. nan pertama, pernyataan dia tidak lagi ada di dalam mobil. nan kedua, penyebar videonya sudah minta maaf," kata Hensa kepada wartawan.

Menurut Hensa, pernyataan Raffi nan menyatakan bahwa dirinya tak ada dalam mobil pada saat iring-iringan itu justru kontroversial.

Diketahui, Raffi dalam keterangan tertulisnya mengakui bahwa mobil dinas berplat RI 36 itu memang miliknya, namun dirinya sedang tak berada di dalam mobil saat iring-iringan tersebut.

"Terus jika dia tidak ada dalam mobil, kenapa mobil itu dikawal? Terus Patwal itu mengawal mobil alias mengawal pejabat? Terus itu siapa nan ada di dalam mobil? Kan jadi itu pertanyaannya juga," kata Hensa kepada wartawan.

Hensa pun melihat, pernyataan Raffi soal penyebar video iring-iringan nan sudah minta maaf itu justru menimbulkan masalah baru. 

Pasalnya, menurut Hensa, timbul persepsi di masyarakat bahwa utusan presiden menekan masyarakat lantaran menyebarkan sebuah peristiwa.

"Pernyataan Raffi soal penyebarnya sudah minta maaf pun juga menjadi pertanyaan, apakah Raffi kemudian menekan penyebar video? Kalau menekan penyebar video, mengapa? Atas dasar apa? Apakah saat itu Raffi merasa terancam alias bagaimana?," ujar Hensa.

Hensa berpendapat, masalah komunikasi pada Raffi Ahmad ini pun sebelumnya terjadi pada Miftah Maulana alias Gus Miftah.

Miftah dinilai mempunyai masalah komunikasi saat mengolok-olok pedagang es teh, padahal dia merupakan utusan unik presiden saat itu.

"Raffi ini seperti Miftah, masalahnya adalah komunikasi. Miftah tidak menyadari pada saat dia bicara nan tidak layak ke tukang es, dia adalah seorang utusan unik presiden. Raffi juga pada saat dia mengatakan bahwa di dalam mobil itu nggak ada dia, dia itu utusan unik presiden," papar Hensa.

Ia pun menyarankan Presiden Prabowo Subianto segera mengevaluasi Raffi sebagai utusan khusus. Sebab, pertimbangan itu krusial untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap kedudukan tersebut.

"Evaluasi itu krusial juga agar kita bisa memastikan sosok nan mengisi kedudukan utusan presiden tersebut merupakan sosok nan kompeten serta memberi kontribusi nan nyata, tak hanya kontroversi seperti ini," pungkas Hensa.(H-3)