ARTICLE AD BOX
Tel Aviv -
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, untuk pertama kalinya mengakui negaranya telah membunuh Pemimpin Politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, Iran, pada Juli lalu. Dia juga melontarkan ancaman ke Houthi di Yaman nan telah menembakkan rudal dan pesawat nirawak ke Israel.
Dilansir BBC, Selasa (24/12/202$), Haniyeh tewas di sebuah gedung tempat dia menginap di Teheran akibat serangan nan secara luas dikaitkan dengan Israel. Secara terpisah, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan beberapa kemajuan telah dicapai dalam upaya menyepakati gencatan senjata di Gaza dengan Hamas, tetapi dia tidak dapat memberikan pemisah waktu kapan kesepakatan bakal tercapai.
Hal itu terjadi setelah seorang pejabat senior Palestina mengatakan kepada BBC bahwa pembicaraan antara Hamas dan Israel telah 90% selesai, tetapi masalah-masalah utama tetap ada. Dalam pidatonya, Katz mengatakan Israel bakal 'menyerang keras' Houthi dan 'memenggal' para pemimpinnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seperti nan kami lakukan terhadap Haniyeh, [Yahya] Sinwar, dan [Hassan] Nasrallah di Teheran, Gaza, dan Lebanon, kami bakal melakukannya di Hodeida dan Sanaa," katanya, merujuk pada para pemimpin Hizbullah dan Hamas nan semuanya telah terbunuh tahun ini.
Haniyeh (62) secara luas dianggap sebagai pemimpin Hamas secara keseluruhan dan memainkan peran kunci dalam negosiasi nan bermaksud untuk mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza. Setelah pembunuhannya, Hamas menunjuk Yahya Sinwar, pemimpinnya di Gaza dan salah satu arsitek utama serangan 7 Oktober 2023, sebagai pemimpin keseluruhan golongan tersebut.
Sinwar kemudian dibunuh oleh militer Israel dalam sebuah pertemuan tak sengaja di Gaza pada bulan Oktober 2024 dan golongan tersebut tetap dalam proses memilih pemimpin baru. Sementara itu, Hassan Nasrallah adalah pemimpin golongan Hizbullah Lebanon nan didukung Iran.
Nasrallah dibunuh di Beirut, Lebanon, pada September 2024 ketika Israel secara dramatis meningkatkan serangan militernya melawan Hizbullah. Kini, Israel menargetkan Houthi di Yaman setelah golongan itu menyerang kapal-kapal Israel dan internasional di Laut Merah.
Kelompok tersebut telah berjanji untuk terus menyerang hingga perang di Gaza berakhir. Pada Sabtu (21/12), militer Israel mengatakan upayanya untuk menembak jatuh proyektil nan diluncurkan dari Yaman tidak sukses dan rudal tersebut menghantam sebuah taman di Tel Aviv.
Seorang ahli bicara Houthi mengatakan golongan itu menyerang sasaran militer menggunakan rudal balistik hipersonik. Minggu lampau Israel telah melancarkan serangan terhadap apa nan dikatakannya sebagai sasaran militer Houthi, nan menghantam pelabuhan serta prasarana daya di ibu kota Yaman, Sanaa.
AS dan Inggris juga telah menyerang sasaran Houthi sebagai bagian dari operasi untuk melindungi pengiriman internasional. Hamas menyerang Israel pada Oktober 2023 dan menewaskan sekitar 1.200 orang dan menahan 251 orang.
Israel kemudian melancarkan operasi militer besar-besaran dengan dalih menghancurkan Hamas di Gaza nan telah berjalan selama lebih dari setahun. Serangan mengerikan Israel itu telah menewaskan 45.317 orang, melukai ratusan ribu orang dan menyebabkan jutaan orang mengungsi.
(haf/dhn)