ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyinggung rendahnya nomor partisipasi penduduk di Pilkada 2024. Anies mengatakan ada aspirasi publik nan tidak tersalurkan sehingga nomor partisipasi menurun.
Hal itu dia ungkapkan dalam aktivitas 'Bincang Asik Bersama Anies Baswedan' di UNJ, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (23/12/2024). Mulanya seorang peserta obrolan menanyakan mengenai rendahnya nomor partisipasi penduduk di Pilkada 2024 termasuk di Jakarta.
Mendengar pertanyaan itu, Anies menjawab bahwa masyarakat bakal condong cuek jika aspirasinya tidak tersalurkan. Sebaliknya, jika aspirasi tersalurkan maka nomor partisipasi bakal tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertanyaannya tadi, gimana menghadapi kejadian penurunan partisipasi? Partisipasi itu bakal tinggi jika rakyat merasa aspirasinya tersalur. Bila aspirasinya tidak tersalurkan, maka rakyat apatis," kata Anies.
"Betul nggak, teman-teman? Bila nan diinginkan tidak diajukan, maka pertanyaannya, 'Buat apa saya ikut pilkada?' Itu kejadian nan muncul kan," ujarnya.
Anies menyebut sejumlah pihak turut andil dalam menciptakan nomor partisipasi nan rendah. Salah satunya partai politik, menurut Anies, partai politik kudu membuka ruang aspirasi nan besar mengenai calon nan diinginkan masyarakat.
"Karenanya, ini PR-nya di mana? PR-nya di partai-partai politik. Partai-partai politik kudu memberikan ruang nan cukup agar aspirasi rakyat muncul," ucapnya.
Selain itu, Anies juga menyinggung calon independen ditetapkan sebelum partai politik mendaftarkan calon. Mantan Mendikbud itu menilai kehadiran calon independen justru tidak menjadi saluran pengganti dari aspirasi masyarakat.
"Kesempatan mendaftar sebagai independen semestinya dilakukan sesudah keputusan partai politik. Bukan sebelum, jika sebelum, maka dia tidak bisa menjadi saluran alternatif. Kan fungsinya independen sama alternatif, bukan? Bila diinginkan rakyat, tapi tidak difasilitasi oleh partai, maka ada jalur independen," ucapnya.
"Nah, dengan langkah begitu, maka nan tidak ditampung oleh partai, tapi diinginkan oleh rakyat, dia punya jalur. Dengan begitu, maka masyarakat bakal punya excitement, punya semangat, punya aspirasi nan tersalurkan di situ," katanya.
Ketua KPU, Mochammad Afifuddin, sebelumnya mengatakan tingkat partisipasi publik mengikuti pilkada sebesar 71%. Afif menilai nomor itu tetap dalam kategori baik.
Hal tersebut disampaikan Afifuddin dalam perbincangan dan launching kitab 'Selamat Datang Otokrasi: Pemilu, Kekuasaan, dan Kemunduran Demokrasi', Novotel Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (20/12). Afifuddin menyebut perbedaan partisipasi masyarakat di pilgub dan pilpres bukanlah anomali.
"Minggu lampau kami sampaikan secara resmi rata-rata partisipasi nasional kita itu sampai di 71%. Oke, dalam setiap perhelatan pilkada dihadapkan dengan pileg-pilpres tidak pernah itu pilkada lebih tinggi dari pileg-pilpres, jarang. Maka ini bukan anomali," kata Afifuddin dalam pemaparannya.
Menurutnya, tingkat partisipasi sebesar 71% adalah berita baik. Ia menyebut jumlah kandidat dalam perhelatan pilpres ataupun pilkada nan berbeda juga menjadi pertimbangan.
"Ya tentu daya magnet daya sorong orang datang, dengan jumlah kandidat nan sebanyak di pilkada dengan pilihan pasti berbeda dengan pilpres, pasti berbeda," ungkap Afifuddin.
"Jadi sekarang 71 jika pileg, pilpres kemarin sampai 80-an, ini (pilkada) 71% nasionalnya, bahwa Jakarta 57, ada wilayah nan 54, tapi banyak juga wilayah nan diatas 70, dan ini tetap berita baik," tambahnya.
(rfs/rfs)