Fosil Pterosaurus Tertua Di Amerika Utara Ditemukan, Dijuluki Dewi Fajar Bersayap Abu

Sedang Trending 4 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX
Fosil Pterosaurus Tertua di Amerika Utara Ditemukan, Dijuluki Dewi Fajar Bersayap Abu Para peneliti menemukan fosil pterosaurus tertua nan pernah ditemukan di Amerika Utara.(Illustration by Brian Engh)

Para peneliti telah menemukan fosil pterosaurus tertua nan pernah ditemukan di Amerika Utara, nan sekarang diberi nama ilmiah Eotephradactylus mcintireae alias dijuluki "dewi fajar bersayap abu".

Makhluk purba ini hidup sekitar 209 juta tahun lalu, pada masa akhir periode Triasik, dan ditemukan di Taman Nasional Petrified Forest, Arizona, berbareng lebih dari 1.000 fosil lain dari era nan sama. Penamaannya merujuk pada dua hal: “tephra” alias abu vulkanik nan terdapat di lapisan batu tempat fosil ditemukan, dan “Eos”, dewi fajar dalam mitologi Yunani—sebagai simbol bahwa makhluk ini muncul di awal sejarah perkembangan pterosaurus.

Pterosaurus Mini Seukuran Burung Camar

Pterosaurus dikenal sebagai reptil terbang nan menguasai langit di era dinosaurus, dengan beberapa jenis mempunyai bentang sayap hingga 11 meter. Namun berbeda dengan “raksasa langit” tersebut, Eotephradactylus mcintireae berukuran mungil — kira-kira seukuran burung camar mini dan cukup ringan untuk bertengger di bahu manusia.

“Pterosaurus ini bisa dibilang mini, tapi perannya besar dalam memahami ekosistem masa lampau,” ujar Ben Kligman, paleontolog dari Smithsonian National Museum of Natural History nan memimpin studi ini.

Terkubur Bersama Jejak Kehidupan Purba Lainnya

Fosil E. mcintireae bukan satu-satunya penemuan krusial dari situs ini. Dalam lapisan batu nan sama, para peneliti juga menemukan fosil amfibi raksasa, ikan hiu air tawar, reptil mirip buaya berlapis pelindung, hingga fosil kura-kura awal.

Pada masa itu, wilayah Arizona berada di atas garis khatulistiwa, bagian dari superbenua Pangaea. Lanskapnya berupa dataran semi-kering dengan aliran sungai mini nan rawan banjir. Para peneliti menduga, banjir besar membawa lumpur dan abu vulkanik nan kemudian mengubur hewan-hewan kecil, termasuk pterosaurus ini, dalam kondisi memungkinkan untuk terfosilkan.

Awal Penemuan: Dari Sukarelawan Hingga Ilmuwan

Proses penemuan dimulai pada tahun 2011 ketika tim intelektual pertama kali menemukan situs fosil ini. Karena kondisi fosil nan rapuh, mereka memilih mengekstrak bongkahan batu besar dan membawanya ke laboratorium untuk diproses secara hati-hati. Salah satu relawan, Suzanne McIntire, sukses menemukan fosil rahang pterosaurus tersebut pada 2013. Sebagai penghormatan, nama jenis “mcintireae” diberikan kepadanya.

Kligman, nan mulai meneliti fosil tersebut pada 2018, awalnya ragu bahwa itu adalah pterosaurus, lantaran fosil jenis ini sangat langka di Amerika Utara—terlebih lagi tidak pernah ditemukan di sedimen sungai.

“Tapi begitu saya mengawasi corak gigi dan rahangnya, keraguan itu hilang. Ciri unik pterosaurus sangat jelas,” ungkapnya. “Yang paling mengejutkan adalah gimana fosil sekecil dan serapuh itu bisa memperkuat dari gerusan arus sungai, menunjukkan kondisi fosilisasi nan sangat unik.”

Mengungkap Komunitas Purba Sebelum Kepunahan

Temuan ini menunjukkan bahwa pterosaurus awal sudah hidup berdampingan dengan golongan hewan modern seperti kura-kura, kerabat kadal, dan katak jauh sebelum peristiwa kepunahan massal Triasik.

“Ini pertama kalinya kami menemukan organisasi hewan seperti ini — nan biasanya baru muncul di era Jurassic dan Cretaceous — sudah hidup berdampingan sebelum kepunahan besar 201 juta tahun lalu,” ujar Kligman.

Penemuan Eotephradactylus mcintireae tak hanya memperkaya catatan fosil, tetapi juga membuka wawasan baru tentang transisi kehidupan purba dan gimana organisasi hewan darat berevolusi setelah musibah pengetahuan bumi besar nan membentuk ulang kehidupan di Bumi. (Live Science/Z-2)