ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Hamas dan dua golongan Palestina lainnya mengatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata Gaza dengan Israel "lebih dekat dari sebelumnya". Asalkan Israel tidak memberlakukan persyaratan baru.
Seperti dilansir AFP, Minggu (22/12/202), minggu lampau negosiasi tidak langsung antara Israel dan Hamas yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat diadakan di Doha, nan menghidupkan kembali angan bakal tercapainya kesepakatan.
"Kemungkinan tercapainya kesepakatan (untuk gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan) lebih dekat dari sebelumnya, asalkan musuh berakhir memberlakukan persyaratan baru," kata Hamas, Jihad Islam, dan Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina nan berpatokan kiri dalam sebuah pernyataan berbareng nan langka nan dikeluarkan setelah perundingan di Kairo pada Jumat (20/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang pemimpin Hamas mengatakan bahwa perundingan telah membikin "kemajuan nan signifikan dan penting" dalam beberapa hari terakhir.
"Sebagian besar poin nan mengenai dengan masalah gencatan senjata dan pertukaran tahanan telah disepakati," katanya dengan syarat anonim lantaran dia tidak berkuasa untuk berbincang di depan umum tentang masalah tersebut.
"Beberapa poin nan belum terselesaikan tetap ada, tetapi tidak menghalangi prosesnya. Kesepakatan itu dapat diselesaikan sebelum akhir tahun ini, asalkan tidak terganggu oleh persyaratan baru (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu."
Ia mengatakan bahwa jika kesepakatan tercapai, kesepakatan itu bakal dilaksanakan secara bertahap, diakhiri dengan "kesepakatan pertukaran tahanan nan serius, gencatan senjata permanen, dan penarikan penuh (pasukan Israel) dari Gaza."
Pada hari Rabu (18/12), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa dia "berharap" bakal tercapainya kesepakatan, tetapi menghindari membikin prediksi apa pun mengenai kapan kesepakatan itu bakal betul-betul terwujud.
"Saya tidak mau menebak-nebak seberapa besar kemungkinannya," katanya di Council on Foreign Relations.
"Itu semestinya terjadi. Itu perlu terjadi. Kita perlu memulangkan orang-orang," katanya, merujuk pada pembebasan sandera berasas kesepakatan gencatan senjata.
Hamas membawa 251 sandera selama serangan mereka terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober tahun lalu. Dari jumlah tersebut, 96 orang tetap ditahan di Gaza, termasuk 36 orang nan menurut militer Israel telah tewas.
Upaya untuk mencapai gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera telah berulang kali kandas lantaran beragam hambatan utama.
Meskipun telah dilakukan beberapa putaran perundingan tidak langsung, Israel dan Hamas hanya menyetujui satu gencatan senjata, nan berjalan selama seminggu pada akhir tahun 2023.
Negosiasi telah menghadapi beragam tantangan sejak saat itu, dengan pokok pertikaian utama adalah pembentukan gencatan senjata nan langgeng.
Netanyahu telah berulang kali menyatakan bahwa dia tidak mau menarik pasukan Israel dari Koridor Philadelphia, sebidang tanah nan telah dibuka dan dikuasai oleh Israel di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir.
Masalah lain nan belum terselesaikan adalah tata kelola Gaza pascaperang. Hal ini tetap menjadi masalah nan sangat kontroversial, termasuk di dalam kepemimpinan Palestina. Israel telah berulang kali mengatakan bahwa mereka tidak bakal membiarkan Hamas menguasai wilayah tersebut lagi.
(rfs/rfs)