Israel Bombardir Presiden Iran Pezeshkian Dalam Pertemuan

Sedang Trending 4 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX
Israel Bombardir Presiden Iran Pezeshkian dalam Pertemuan Masoud Pezeshkian.(Al Jazeera)

PRESIDEN Iran Masoud Pezeshkian mengeklaim bahwa Israel mencoba membunuhnya dalam serangan udara nan terjadi kurang dari sebulan lalu, saat Teheran dan Washington dijadwalkan mengadakan perundingan nuklir baru. 

Serangan besar-besaran Israel ke wilayah Iran pada 13 Juni itu menewaskan sejumlah komandan militer dan intelektual nuklir dan dinilai sebagai salah satu operasi paling garang nan pernah dilakukan.

"Ya, mereka memang mencoba. Mereka bertindak sesuai dengan itu, tetapi gagal," kata Pezeshkian dalam wawancara dengan tokoh media AS, Tucker Carlson.

Dia juga menegaskan bahwa bukan Amerika Serikat nan berada di kembali serangan itu, melainkan Israel. 

"Saya sedang dalam suatu pertemuan. Mereka mencoba membombardir wilayah tempat kami mengadakan pertemuan itu," jelasnya seperti dilansir RFI, Selasa (8/7).

Konflik berdarah selama 12 hari antara kedua negara mengakibatkan setidaknya 1.060 korban jiwa di pihak Iran, menurut info dari Yayasan Martir dan Urusan Veteran Iran. Sementara itu, serangan jawaban Iran, berupa rudal dan drone, menyebabkan 28 orang tewas di Israel.

Dalam periode bentrok tersebut, baik AS maupun Israel terlibat dalam penyerangan terhadap akomodasi nuklir utama Iran di Fordo, Isfahan dan Natanz. Gencatan senjata akhirnya tercapai pada 24 Juni.

Sementara itu, pada 16 Juni, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sempat menyinggung kemungkinan menargetkan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei dan menyebut bahwa perihal itu bisa mengakhiri konflik. 

Namun, laporan menyebut Presiden AS Donald Trump saat itu telah memveto rencana tersebut. Iran juga mengeklaim sukses menggagalkan upaya Israel untuk membunuh Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi selama bentrok berlangsung.

Dalam wawancaranya, Pezeshkian menuduh Netanyahu mengejar tujuan pribadi untuk menciptakan perang kekal di kawasan, serta memperingatkan agar AS tidak ikut kombinasi dalam bentrok nan menurutnya bukan kepentingan Amerika. 

"Pemerintah AS kudu menahan diri untuk tidak terlibat dalam perang nan bukan perang Amerika, melainkan perang Netanyahu," ujarnya.

Meski bentrok terus berlangsung, Pezeshkian menyatakan Iran terbuka untuk kembali ke meja perundingan nuklir, asalkan kepercayaan antara kedua pihak dapat dipulihkan. 

"Kami tidak memandang masalah dalam memulai kembali perundingan. Ada syaratnya. Bagaimana kami bisa percaya lagi pada Amerika Serikat?" ujarnya.

Dia menekankan perlunya agunan bahwa proses diplomatik tidak bakal diganggu oleh tindakan militer Israel. 

"Bagaimana kami dapat mengetahui dengan pasti bahwa di tengah-tengah perundingan, rezim Israel tidak bakal diberi izin lagi untuk menyerang kami?" lanjutnya.

Pezeshkian juga menyampaikan bahwa Iran siap membuka diri terhadap investasi dari AS, asalkan hukuman ekonomi dicabut. 

"Tidak ada batas dan tidak ada nan menghalangi penanammodal AS untuk datang ke Iran dan melakukan investasi di Iran," ujarnya.

Terakhir, Pezeshkian memperingatkan bahwa AS hanya mempunyai dua pilihan dalam menghadapi situasi ini ialah membawa area menuju perdamaian alias terjebak dalam bentrok berkepanjangan. 

"Presiden AS cukup bisa membimbing area ini menuju perdamaian dan masa depan nan lebih cerah serta menempatkan Israel pada tempatnya alias terjerumus ke dalam lembah alias rawa nan tak berujung," pungkasnya. (I-2)