Tahanan Gaza Ungkap Ragam Penyiksaan Di Penjara Israel

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX
Tahanan Gaza Ungkap Ragam Penyiksaan di Penjara Israel Tahanan Gaza dijaga tentara Israel.(Wafa)

MASYARAKAT Tahanan Palestina (PPS) dan Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan Otoritas Palestina merilis kesaksian baru dari para tahanan Jalur Gaza nan dipenjara di Penjara Naqab. Semua tahanan menegaskan penggunaan penyiksaan oleh Israel sebagai senjata perang.

Kisah-kisah ini menyoroti kebrutalan dan penyiksaan sistematis nan dihadapi oleh para tahanan. Itu mencerminkan kekerasan ekstrem dan dehumanisasi nan mereka alami di tangan pasukan Israel.

Kesaksian tersebut juga menyoroti krisis kesehatan nan sedang berjalan di dalam penjara, khususnya penyebaran kudis, nan digunakan sebagai corak penyiksaan.

Mayoritas tahanan nan diwawancarai melaporkan tubuh mereka dipenuhi luka dan bisul akibat jangkitan kudis. Beberapa tahanan tampak menggigil, terutama mereka nan ditempatkan di bagian tenda saat suhu kaku memperburuk penderitaan mereka.

Para tahanan ini terus mengalami kondisi nan tak terbayangkan, setelah mengalami penyiksaan, penghinaan, dan perampasan kewenangan nan parah sejak penahanan mereka.

Komisi dan PPS menekankan bahwa kesaksian-kesaksian ini merupakan bagian dari serangkaian cerita nan lebih besar. Semua mencerminkan pola kekerasan nan konsisten, khususnya nan menargetkan para tahanan Gaza.

Kesaksian-kesaksian ini muncul pada saat jumlah korban tewas di antara para tahanan Palestina terus meningkat, khususnya mereka nan berasal dari Gaza, dengan 54 korban nan dikonfirmasi sejak dimulai genosida Israel nan sedang berlangsung. Banyak tahanan lain, khususnya dari Gaza, tetap belum diketahui keberadaannya dan dikhawatirkan telah terbunuh dalam keadaan nan misterius.

Seorang tahanan menceritakan pengalaman mengerikannya selama penahanannya pada Maret 2024. Dikenal hanya dengan inisial namanya (MR), dia ditahan di Kota Sheikh Zayed dan mengalami penyiksaan tanpa henti sejak saat penahanannya.

Ia menggambarkan dirinya dibelenggu, ditutup matanya, dan dilarang bergerak selama 24 jam sehari. Selama interogasi, dia mengalami penyiksaan bentuk nan parah. Pada satu titik, dia dipaksa menandatangani pengakuan palsu.

Tahanan tersebut mengungkapkan bahwa penyebaran kudis terus menyiksa para tahanan di Penjara Negev. Banyak nan tidak dapat tidur lantaran rasa gatal dan ruam nan hebat.

Tahanan lain (MH) berbagi cerita nan sama mengerikan tentang waktunya di tahanan. Ditahan di Rumah Sakit Kamal Adwan, dia menjadi sasaran penyiksaan bentuk nan brutal, termasuk pemukulan terus-menerus selama seharian penuh, diikuti dengan tindakan merendahkan seperti disiram air limbah dan air seni.

Penahanannya bersambung selama 27 hari dalam kondisi nan menyedihkan. Ia disekap dengan dengkul dibelenggu dan ditutup matanya. Ia menggambarkan emosi hidup dalam kematian di Penjara Naqab. Kondisinya sangat jelek sehingga terasa seperti akhir nan lambat dan menyakitkan.

Beberapa tahanan juga melaporkan keberadaan kudis nan terus-menerus di antara para tahanan. Banyak dari mereka nan dipenuhi bisul dan ruam nan menyakitkan. 

Para tahanan tidak mendapatkan perawatan nan memadai untuk penyakit tersebut, sehingga mereka terus menerus menderita. Salah seorang tahanan, (HR), nan ditahan pada November 2024, menceritakan mereka mengalami penyiksaan dengan air panas. Kemudian mereka dipindahkan ke Penjara Negev sehingga krisis kesehatan semakin memburuk lantaran penyebaran kudis.

Kisah penderitaan bersambung dengan tahanan (AN) nan menyatakan bahwa kondisi di penjara sangat tidak tertahankan sehingga kematian bakal menjadi kelegaan. Ia menggambarkan udara dingin nan menusuk, busana nan tidak memadai, kekurangan makanan, dan akibat nan menghancurkan dari pandemi kudis merenggut kesehatan banyak tahanan.

Tahanan (JS) menceritakan perjuangannya nan berkepanjangan melawan kudis dengan seluruh tubuhnya dipenuhi luka. Ia menyebut bahwa dia tidak dapat lagi melangkah alias berdiri lantaran rasa sakit nan luar biasa dan komplikasi kesehatan lebih lanjut nan diakibatkan oleh kondisi nan menyiksa tersebut.

Ia juga mengenang penderitaan syahid Ashraf Abu Warda nan meninggal pada 29 Desember 2024. Abu Warda pernah berada di sel nan sama dengannya dan sangat terpengaruh oleh kondisi nan keras, kehilangan kemampuannya untuk berbicara, mengingat, dan apalagi berdiri sebelum ajal menjemputnya.

Dalam cerita lain, tahanan (SA) mengungkapkan otoritas penjara dengan sengaja menyita kasur di pagi hari dan mengembalikannya hanya pada malam hari, terkadang menunda pengembaliannya hingga tengah malam, membikin para tahanan berada dalam suhu beku. (Wafa/Z-2)